Home BERITA Hari Disabilitas Internasional, Difabel Tuntut Kesetaraan

Hari Disabilitas Internasional, Difabel Tuntut Kesetaraan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Pusat Layanan Difabel (PLD) bersama seluruh keluarga mahasiswa difabel dan sahabat inklusi UIN Suka menggelar aksi damai pada Hari Disabilitas Internasional, kamis (3/12). Aksi damai berlangsung dengan mengelilingi kampus dan membagikan seribu bunga kertas karya mahasiswa difabel pada seluruh civitas akademik UIN, tak terkecuali awak rektorat.

Ahmad Shandy Susanto , Mahasiswa Ilmu Hukum semester 1, selaku Ketua Panitia mengungkapkan pada ARENA, aksi itu dilakukan untuk menyerukan pada seluruh warga kampus bahwa mahasiswa difabel nyata hadir ditengah-tengah mereka. “Society For All” diangkat sebagai tema acara kali ini untuk menyadarkan bahwa difabel pun merupakan bagian dari sosial, bukan hal yang perlu dikasihani. Untuk meningkatkan kesadaran inklusi dari seluruh warga kampus terutama pada mahasiswa, “Mereka banyak yang parkir tidak tertib, sembarangan, sampai kawan netra kita kemarin ada yang terjatuh karena menabrak motor yang parkir sembarangan.”

Aksi damai tersebut juga mengusung misi menuntut akses infrastruktur kampus yang ‘ramah’ untuk para difabel. Banyak jalan berlubang, ram yang tidak standar merupakan sedikit contoh akses yang tidak mendukung para difabel.

Shandy yang juga sebagai difabel daksa ini menambahkan, jika mahasiswa difabel ingin diberi ruang dan kesempatan yang sama, “Difabel bukan untuk dibelas kasihani. Bukan alat penghimpun dana. Kami hanya butuh ruang dan kesempatan yang sama. Berdayakanlah kami!” Ucap Shandy dengan nada meninggi.

Mukhrisun selaku kepala PLD, pada sambutan aksi damai tersebut menyampaikan kekecewaannya pada kampus. Kampus telah menggembor-gemborkan diri sebagai kampus inklusi, namun pada praktiknya tidak demikian. Sistem tidak mendukung dan banyak akses yang tidak aksesibel.

“Bayar SPP nya kan sama, harusnya fasilitas yang didapat juga sama. Jika teman-teman lainnya bisa membaca ratusan eksemplar buku di perpustakaan, maka berapa buku yang bisa dibaca oleh teman tunanetra? Kami hanya ingin kesetaraan,” pesan Mukhrisun.

Reporter : Try Kurnia

Redaktur: Subarkah