Home KANCAH Di dalam Wacana, Ada Apa?

Di dalam Wacana, Ada Apa?

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Analisis wacana yang dimaksudkan dalam penelitian, adalah sebagai upaya pengungkapkan maksud tersembuyi dalam subyek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang penulis dengan mengikuti struktur makna dari sang penulis, sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang di samarkan dalam wacana dapat diketahui. Jadi, wacana dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan subyek dan berbagai tindakan representasi.

Wacana berbicara tentang suatu runtutan kalimat yang mengandung makna tersendiri. Dimana di dalam kalimat tersebut dapat digali dalam unsur-unsur  yang bersifat tersembunyi. Namun demikian, bukan berarti kalimat yang sama dengan wacana. Biar bagaimanapun kedudukan wacana lebih tinggi dibandingkan dengan kalimat. Ada beberapa definisi wacana antara lain:

Howthorn mengatakan bahwa Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara para pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivtas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.

Roger Fowler mengatakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dapat dilihat dari titik pandang kepercayaaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya. Kepercayaan mewakili pandangan dunia, sebuah oraganisasi atau representasi dari pengalaman.

Analisis wacana sendiri merupakan alternatif dari analisis isi kuantitatif, keterkaitan dan perbedaan antara keduanya dapat dipahami sebagai berikut.

  1. Analisis wacana lebih menekankan pada aspek kualitatif dari unsur yang dikandung dalam suatu wacana, dibandingkan analisis isi yang lebih kepada unsur kuantitatifnya.
  2. Jika analisis isi kunatitatif lebih menekankan  pada isi wacana yang bersifat nyata (real), analisis wacana membongkar makna atau pesan yang tersembunyi dari suatu wacana.
  3. Analisis isi hanya dapat membongkar dari apa yang dimunculkan oleh suatu teks/wacana (what). Sedangkan analisis wacana lebih dari itu. Lebih memandang bagaimana sutu teks itu ditampilkan (how).
  4. Karena analisis wacana memandang bahwa banyak hal yang terkait dan terpaut dalam suatu teks atau wacana, maka analisis wacana tidak mencoba untuk mengeneralisasikan suatu makna yang terkandung.

Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pertama, pandangan positivisme/empiris. Pandangan ini beranggapan bahwa analisis wacana lebih terfokus pada bagaimana aturan kalimat, bahasa, dan pengartian bersama. Artinya, bahwa secara struktur suatu tataran analisis wacana tersebut sudah sesuai dengan kaidah yang dibenarkan. Maka teks/wacana tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai suatu kebenaran yang dapat diterima secara obyektif, tanpa memandang dari segi subyektiv si pelontar wacana. Kedua, pandangan konstruktivisme menolak keras pandangan positivisme. Sedangkan Menurut pandangan  konstruktivisme bahasa bukanlah hanya sebagai penghubungkan antara pembicara dan pendengar. Namun, juga sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan tersendiri dan tersembunyi dari pembicara. Maka, pandangan ini meranggapan justru unsur subjektiv sebagai peran yang sentral. Ketiga, pandangan kritis. Pandangan kritis mengkritisi pandangan konstruktivisme, yang hanya memandang bahwa individu yang subjektiv sebagai penentu suatu wacana. Pandangan kritis beranggapan bahwa suatu subjetivitas sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kekuatan sosial masyarakat.

Bagaiman suatu wacan dapat ditampilkan melalaui komunikasi, publikasi dan  tidak terlepas dari beberapa karakteristik yang mempengaruhinya. Menurut pandangan beberapa tokoh, seperti Teun A. Van Dijk, faucoult, dan Wodak.

Faucoult, dan Wodak perpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa menyababkan kelompok sosial yang ada dan mengajukan ideologi masing-masing. berikut disajikan karakteristik penting dari analisis wacana menurut mereka:

Pertama, Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) mengasosiasikan wacana sebagai bentuk intraksi. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan apakah untuk mendebat, mempengaruhi, membujuk, menyangkal, bereaksi, dan sebagianya. Selain itu wacana dipahami  sebagai susuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol bukan sesuatu di luar kendalai atau ekspresikan secara sadar.

kedua, Konteks. Analisis wacana krisis mempertimbangkan konteks  dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dan dimengerti serta dianalisis dalam konteks tertentu. Bahwa analisis wacana memberikan konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; kahalayakannya, situasi apa, melalui apa,bagaimana, perbadaan tipe dan perkembangan komunikasi dan hubungan masing-masing pihak. Tiga hal sentralnya dalam teks (semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang terletak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi komunikasi). Konteks (memasukakan semua jenis situasi dan hal yang beada di laur teks dan mempengaruhi  pemakaian bahasa, situasi dimana teks  itu diproduksi serta fungsi yang dimaksudkan). Wacana dimaknai teks dan konteks secara bersama. Titik perhatiannya adalah analisis wacana menggambarkan konteks  dan teks secara bersama dalam proses komunikasi

Tiga, Historis. Menepatkan wacana dalam kontek  sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks.

Empat, Kekuasaan. Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun tidak dipandang sebagai sesuatu  yang alamiah wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang di maksudkan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat.

Lima, Ideologi adalah konsep yang netral dari analisi wacana kriris kerana setiap bentuk teks, percakanpan dan sebagainya adalah prakek ideologi atau pancaran ideologi tertentu. Tapi wacana bagi ideologi adalah mediaum melalui mana kelompaok dominan mempersuasia dan  mengkomunikasikan kepada khalayak kekuasaan yang mereka miliki sebagai absah dan benar.

Semua karakteristik penting dari analisis wacana kritis tentunya membutuhkan pola pendekatan analisis. Hal ini di perlukan untuk memberi penjelasan bagaimana wacana dikembangkan maupun mempengaruhi khalaya.

Suatu hal  yang membuat keretakan hubungan subyek (kata-kata) dan obyek (benda-benda) di utuhkan kembali adalah kekuasaan itu diproduksi oleh wacana. Bagaimana wacana diproduksi, siapa yang memproduksi dan apa efek produksi wacana?

Dalam tesis keras yang disampaikan, bahwa ilmu-ilmu kemanusiaan merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan dari pengetahuan dan kekausaan, dalam buku dicipline and punish (1976) memperlihatkan bagaimana jaman klasik dan modern. Dalam kelahiran penjara modern penampilan kedaulatan negara memonopoli kekerasan atas warganya untuk melangengkan kekuasaa.

Wacana Dalam Teks Berita

Khusus mengenai struktur teks berita, ada dua pandangan yang saling berlawanan dalam menganalisis teks berita, yaitu pandangan pluralis dan pandangan kritis. Pandangan kritis, berawal dari konsep Marxis yang menganggap masyarakat sebagai suatu sistem kelas.  masyarakat dipandang sebagai sistem dominasi, media merupakan bagian dari sistem dominasi tersebut. pandangan kritis melihat masyarakat didominasi oleh kelompok elit. Jika pandangan pluralis beranggapan bahwa suatu tatanan yang profesional dalam ruang lingkup media , maka hal  itu dapat dikatakan sebagai suatu kebenaran dan fakta. Pandangan kritis menolak itu semua. Wartawan bukanlah produsen otonom, akan tetapi selalu terkait dengan ketidak seimbangan dan dominasi itu sendiri. Ada beberapa fokus utama dari pandangan kritis yang bertolak belakang dengan pandangan pluralis. Yaitu: (1) tentang suatu fakta. (2) posisi media. (3) posisi wartawan. Dan  (4) hasil liputan.

Analisis wacana sendiri akan membahas dan lebih sondong kepada pandangan kritis. Dalam artian, bahwa anlisis wacana tentang suatu teks media adalah pandangan kritis tentang teks tersebut. pandangan pluralis terutama bersumber dari pemikiran August Comte, Emile Durkheim, Marx Weber, dan Ferdinan Tonnies. Inti dari pandangan ini adalah beranggapan bahwa, suatu tatanan masyarakat dipandanng otonom dan dapat menentukan sendiri apa yang hendak mereka lakukan. Media sendiri memainkan salah satu fungsi dalam masyarakat yang bebas dan seimbang.[Januardi]

*Tulisan ini  disampaikan pada diskusi rutin LPM ARENA, Rabu, 29 Februari 2012