Ketidak jelasan anggaran yang dikelola oleh pihak Universitas, membuat Senat Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (Sema U) mengadakan acara Stadium General bertajuk ‘Sekolah Anggaran’, bertempat di Convention Hall, pada Sabtu (9/6). Dengan mengusung tema ‘Anggaran Pendidikan Dari Rakyat Untuk Rakyat’, Stadium General kali ini menghadirkan Arswendo Atmowiloto (Budayawan) dan Nizar Ali (Pembantu Rektor 2, bagian Administrasi Umum) sebagai pembicara.
Nurkholis, ketua Sema U mengatakan, selama ini pengelolaan anggaran yang ada di Universitas belum transparan. Mahasiswa masih kesulitan untuk mengakses kejelasan tentang penggunaan Dana yang ada, khususnya dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang notabenya berasal dari rakyat. “Kami berharap, dalam acara kali ini pihak Rekatorat akan membuka kejelasan penggunaan dana yang ada. Juga menjelaskan kemana kami harus meminta keterangan jika ingin mengetahui tentang anggaran,” tuturnya.
enada dengan Nurkholis, Nurul, ketua panitia acara menuturkan, melalui transparansi anggaran, diharapkan tidak adanya kecurangan atau kesalahpahaman yang terjadi. Sehingga semua golongan masyarakat dapat menuntut pendidikan di UIN Suka Yogyakarta. “UIN tidak boleh menutup rapat diri untuk masyarakat yang taraf ekonominya rendah. Patokan UIN sebagai Universitas termurah tidak dengan membandingkan pada Universitas yang lain, namun pada seberapa besar peran UIN dalam menampung orang-orang yang tidak mampu untuk tetap mendapatkan haknya dalam menempuh pendidikan,” kata Nurul. Indikasi kecurangan dalam pengelolaan anggaran semakin diperkuat dengan adanya ketidak jelasan penggunaan dana dari APBN senilai empat miliyar rupiah, yang seharusnya dana tersebut digunakan untuk kepentingan mahasiswa.
Menanggapi tuntutan mahasiswa, Nizar Ali mengatakan, pihaknya tidak pernah menutup diri kepada mahasiswa yang ingin mengetahui kejelasan tentang pengelolaan anggaran yang ada di Universitas. Hanya saja terkadang mahasiswa tidak mengetahui kemana harus meminta data-data terkait anggaran tersebut. Nizar menjelaskan bahwa sumber informasi anggaran Universitas ada dua, yaitu bagian perencanaan dan adminstrasi. Mahasiswa diharapkan dapat langsung menemui kedua bagian tersebut jika ingin mengetahui perihal terkait anggaran dan melaporkan kepadanya jika ada pihak yang tidak berkenan memberikan informasi. “Saya tidak punya kepentingan dengan penutupan aliran dana yang ada di Universitas. Namun ada pihak-pihak yang tidak berani langsung memberikan data tersebut karena membutuhkan perlindungan, misalnya saja pihak Fakultas. Jadi mahasiswa langsung saja menemui saya,” ungkapnya.
Mengenai penggunaan dana, Nizar mengatakan bahwa anggaran yang ada selama ini telah dikelola sebaik mungkin. Sumber anggaran UIN hanya ada dua, yaitu dari APBN dan Badan Layanan Umum (BLU). Untuk kegiatan belajar mengajar saja, Universitas membutuhkan dana senilai Rp49 M (termasuk gaji dosen dan staf), sedangkan dari mahasiswa hanya terdapat dana senilai Rp38 M. “Kami harus menutupi kekurangan tersebut melalui usaha-usaha lainnya, termasuk juga dari BLU,” tambah Nizar.
Sedangkan budayawan Arswendo, dalam acara tersebut lebih menekankan pada aspek budaya pendidikan di Indonesia. Menurutnya, ada dua permasalahan yang sering muncul dalam dunia pendidikan. Yaitu masalah internal lembaga dan masalah industrialisasi pendidikan. Masalah internal lembaga pendidikan salah satunya adalah transparansi anggaran. Oleh sebab itu, ia sangat mengapresiasi terhadap mahasiswa yang berani terang-terangan meminta kejelasan terkait pengelolaan dana yang ada.
Sedangkan masalah yang lebih rumit, menurutnya adalah industrialisasi dalam pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan Indonesia sudah terpengaruh budaya luar, termasuk dalam hal standarisasi. Tolak ukur yang dipakai lembaga pendidikan Indonesia berpatokan pada penyeragaman nilai. “Pendidikan kita saat ini semuanya serba diatur oleh pihak luar, sehingga tidak akan pernah bisa menyesuaikan diri pada kondisi masyarakat Indonesia,” tutur Arswendo, yang juga seorang artis, sutradara, produser, dan kerap pula diundang dalam acara-acara bernuansa politik.
[Januardi]