Home BERITA Urgensi Fikih Ramah Difabel

Urgensi Fikih Ramah Difabel

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Terbitnya buku “Fikih Ramah Difabel” memberikan pengetahuan lebih mengenai beberapa aturan fikih Islam secara inklusi.

Lpmarena.com, Menggagas semangat inklusifitas, kesetaraan, kepada masyarakat khususnya para difabel, Ro’fah, dosen dan penggagas Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga menerbitkan buku berjudul Fikih Ramah Difabel. Seminar sekaligus peluncuran buku tersebut berlangsung Rabu (02/12) di Hotel Grand Quality Yogyakarta.

Acara dihadiri oleh Gratha selaku perwakilan tim direktorat HAM dan Kemanusiaan juga beberapa akademisi kampus UIN Sunan Kalijaga, di antaranya Waryono Abdul Ghofur (Wakil Rektor II), Riyanto (Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum), Nurjannah (Dekan Fakultas Dakwah), Fatimah Husein (Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat/LPPM), juga dihadiri oleh para komunitas difabel di Yogyakarta.

Menurut Ghata, difabel adalah kita. Difabel merupakan kata yang bersifat equality (kesetaraan) dan equity (keadilan yang bermakna kebutuhan khusus). “Artinya setiap manusia mempunyai kebutuhan khusus. Terkhususnya nilai agama dan rasa kepedulian yang harus diseimbangkan,” katanya.

Buku tersebut bertujuan menjelaskan beberapa hal terkait aturan fikih yang dipandang penting untuk dijelaskan kepada para kaum difabel khususnya difabel yang beragama Islam. Misalnya dalam menjalankan ibadah shalat, tata cara wudlu, dan lainnya. Seperti yang diungkapkan Fatimah Husein.

“Interpretasi ajaran agama terkait Fikih ramah difabel ini sangat mendukung para difabel dalam menjalankan ibadahnya,” kata Fatimah. Lebih lanjut dengan adanya buku ini mampu mengintegrasikan keilmuan Islam secara menyeluruh, mengedepankan kesetaraan dan tidak mempersulit para difabel dalam menjalankan aktifitas ibadahnya.

Kasus kesetaraan bagi difabel pernah dialami Anisa salah seorang peserta dalam acara tersebut. Ia mengungkapkan dirinya sempat ditolak, karena ustadzah di pondok di mana ia mendaftar sulit memahami apa yang ia sampaikan. “Saya seorang difabel rungu dan wicara sangat berharap dapat diterima dalam sebuah pondok pesantren untuk diajarkan mengenai berbagai ajaran agama Islam yang belum saya ketahui,” tutur Anisa.

Reporter: Chaerizanisazi     

Redaktur: Isma Swastiningrum