Home BUKU Obsesi Para Bibliofil terhadap Buku

Obsesi Para Bibliofil terhadap Buku

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Bagi para bibliofil atau biasa disebut “kutu buku”, buku itu bersifat jamak, bisa menjadi teman atau sahabat yang selalu menemaninya setiap saat, bisa juga menjadi pelarian. Intinya, buku menjadi salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan mereka. Mereka tidak menjadikan buku hanya sebatas bahan literatur untuk tugas atau pekerjaannya saja, tetapi sebagai sesuatu yang mungkin bisa dibilang seperti belahan jiwa mereka. Mereka mencintainya, menghargainya, dan merawatnya layaknya makhluk hidup. Padahal itu hanya benda mati.

Pola berpikir seperti itu tentunya bisa membawa dampak yang beragam. Namun yang paling terlihat adalah obsesif berlebihan terhadap buku. Sikap seperti itu mungkin bisa dibilang hal yang cukup aneh. Jika terobsesi terhadap ketampanan atau kecantikan tokoh atau artis idola itu merupakan hal yang biasa, lalu bagaimana bisa seseorang terobsesi terhadap lembaran-lembaran buku? Carlos Dominguez membuktikan kisah para bibliofil itu dalam novel ini.  

Para Korban dari Buku-buku  

Seorang professor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, bernama Bluma Lennon tewas tertabrak sebuah mobil saat sedang membaca sebuah buku. Bluma yang terobsesi kepada buku sampai-sampai menjadi korban hanya karena membaca beberapa lembaran kertas berisi puisi.

Penyebab kematiannya itu kemudian diperdebatkan orang-orang. Ada yang berpendapat bahwa ia mati tertabrak mobil dan ada juga yang bilang ia mati karena membaca puisi. “Bluma mati gara-gara mobil, bukan gara-gara puisi.” Ujar seorang audiens bernama John Bernon kepada sekelompok pembela Profesor Robert Laurel pada saat pidato perpisahan Bluma yang mengatakan bahwa Bluma mati karena sastra.

Tetapi Bluma bukanlah satu-satunya korban. Seorang profesor sepuh pengajar bahasa-bahasa kuno, Leonard Wood, lumpuh setelah lima jilid Encyclopedia Britannica jatuh menimpa kepalanya dari rak perpustakaannya. Teman dari penulis, Richard, patah kaki saat mencoba menjangkau Absalom, Absalom! Karya William Faulkner yang ditaruh begitu menyempil di rak sampai ia terpelanting dari tangga.

Asal-Usul Paket Buku Misterius

Carlos Dominguez yang merupakan seorang pencerita buku ini, yang juga rekan sesama dosen Bluma, suatu hari saat ia sedang di kantornya dikejutkan dengan kedatangan paket misterius dari pengirim berprangko Uruguay tanpa alamat penerima. Isi paketnya sangat mengejutkan, yaitu sebuah buku dengan serpihan semen dan kerikil-kerikil halus. Saat buku tersebut dibuka, terdapat nama pria misterius yang tidak ia kenal. 

Sebab buku dan nama misterius itulah yang membuat Carlos memulai perjalanan untuk mencari tahu rahasia apa yang terdapat di dalamnya. Ia pergi ke negara paling selatan di benua Amerika, yaitu Uruguay. Tujuannya adalah untuk menemui seorang pemilik buku klasik di sana, dan mencari tahu tentang siapa Carlos Brauer si pria misterius itu.

Ia dipertemukan dengan beberapa orang yang bisa dibilang para ‘informan’ yang mengantarkannya kepada seorang pria bernama Delgado, yang merupakan pecinta buku seperti Brauer. Di saat itulah Delgado menceritakan siapa Brauer dan bagaimana kecintaan dan sikapnya terhadap buku-buku.

Kisah Perlakuan Para Bibliofil terhadap Buku-Buku Koleksinya

Terdapat dua perbedaan sikap yang cukup drastis antara kedua pecinta buku di cerita ini. Delgado, orang yang sangat mencintai dan menghargai buku serta merawatnya dengan sebaik mungkin. Membangun perpustakaan yang super kokoh anti ngengat dan berbagai perlindungan anti debu.

“…yang saya inginkan adalah memiliki buku terjangkau dengan kondisi sebaik mungkin, kalau tidak saya jadi gelisah. Lemari-lemari yang anda lihat ini dibuat dari lapacho, kayu tak berkerak yang tak tembus serangga; saya memesannya khusus: sepuluh lembar kayu keras direkatkan dengan lem antiserangga, dan dipasangi pelapis kaca karena buku jelas-jelas mengundang debu. Dari waktu ke waktu juga harus disemprot karena siapa tahu saja kayu ini ternyata masih tembus serangga.” Ujar Delgado saat sedang menunjukkan lemari-lemari bukunya kepada Carlos. 

Di sisi lain ada Brauer yang merupakan pacar singkat Bluma Lennon. Ia justru bersikap sebaliknya dengan Delgado yang selalu menyimpan bukunya di rak dengan berbagai perlindungan yang super aman. Brauer menyimpan buku-bukunya di mana saja sebisanya. Kemudian buku-buku itu akan dilahap seluruh isinya, dicoret-coret layaknya tulisan cakar ayam dan digaris bawahi serta diberi catatan kaki pada bagian-bagian yang menurutnya menarik.

“Apakah dia (Brauer) menyimpan buku-bukunya di lemari kaca?” tanya Carlos. Delgado tersenyum dan tak berkata apa-apa barang sejenak. “Ia (Brauer) taruh di mana saja sebisanya, karena tak punya dana buat merawat koleksinya yang menakjubkan itu…”

“Kerapkali saya dengan Brauer memperbincangkan hal-hal ini. Saya memohon-mohon padanya agar jangan merusak edisi-edisi berharga dengan tulisan cakar ayamnya. Tentu saja ia tak pernah menggubris…” cerita Delgado kepada Carlos tentang bagaimana sikap Brauer terhadap buku-bukunya.

Judul Rumah Kertas | Pengarang Carlos Maria Dominguez | Penerbit Marjin Kiri | Cetakan 2017 | Tebal 76 Halaman | Peresensi Fakhrudin Hanif (Magang)