ARENA merupakan lembaga pers mahasiswa tingkat universitas di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejarah singkat ARENA diawali pada tanggal kelahirannya 10 Januari 1975. ARENA lahir sebagai majalah mahasiswa yang terbit berkala dan perlawanan komunitas pers mahasiswa terhadap kesewenang-wenangan rezim Orde Baru setelah diberedelnya Nusantara dan Mahasiswa Indonesia pada 15 Januari 1974. Lalu pada 21 Januari 1974 Harian Kami, Indonesia Raya, Abadi dan Jakarta Times juga diberangus. Dua hari setelah itu Pedoman dan Express mendapat giliran dicabut Surat Izin Terbit-nya tanpa alasan yang jelas. Di tengah kebisuan, beberapa aktivis Dema (Dewan Mahasiswa) IAIN Sunan Kalijaga sepakat menerbitkan majalah sebagai media yang menampung suara kritis mahasiswa.
Dalam perjalanannya, ARENA pernah dilarang terbit selama 8 bulan oleh Kopkamtib, karena dianggap mengipasi suasana panas menjelang sidang MPR 1978. Tahun 1988 Pangdam IV Diponegoro turun tangan, Pemimpin Umum ARENA Imam Aziz mendapat teguran keras berkenaan dengan reportase ARENA nomor 1/tahun 1988 tentang Waduk Kedung Ombo, yang saat itu belum dilirik pers umum. Disusul himbauan pihak rektorat memblok tulisan Arief Budiman tentang ketimpangan Orba pada terbitan ARENA nomor 2/ tahun 1988.
Guncangan hebat terjadi lagi pada terbitan ARENA nomor 1/tahun 1993 yang mengangkat bisnis keluarga Soeharto sebagai laporan utamanya. Tanpa dasar hukum dan alasan yang jelas, Rektor IAIN Sunan Kalijaga membredel majalah ARENA dengan SK nomor IN/I/R/PP.003/93 tertanggal 18 Mei 1993.
Pembredelan ARENA menyulut aksi solidaritas dari berbagai kalangan. 18 tokoh intelektual Indonesia mengirim surat pada rektor IAIN Suka, dan hampir seluruh aktivis pers mahasisiwa se-Indonesia datang ke Jogjakarta, di samping memberi dukungan mereka melakukan aksi solidaritas, kemah keprihatinan dan apel akbar mahasiswa, menuntut dicabutnya pembredelan ARENA. Namun sebagai jawabannya rektor membredel 5 majalah yang terbit di tingkat fakultas.
Tahun 1995, ARENA baru bisa terbit dengan biaya sendiri, dengan laporan utamanya tentang Kilang Minyak Probosutedjo di Probolinggo yang kemudian mendapat teguran dari rektorat karena laporannya dianggap tidak mencerminkan sebuah penerbitan kampus. Namun sikap rektor mencair setelah permintaannya mengganti kepengurusan ARENA dipenuhi.
Meskipun goncangan-goncangan datang menimpa ARENA, tapi semua itu tidak menjadikan tradisi menulis dan kekritisan pengelolanya surut. ARENA pernah menjadi juara lomba penerbitan Pers Mahasiswa se-Indonesia yang diselenggarakan ISAI (1977). ARENA pernah mencapai puncaknya dengan menjadi majalah bulanan mahasiswa dengan oplah 5000 exemplar (1975-1977). Goenawan Mohammad pun menjuluki ARENA sebagai TEMPO kecil (1977), karena format dan isi penerbitan yang ditampilkan hampir sama dengan TEMPO, lebih menekankan pada investigative reporting.
Misi ARENA menjadi media komunikasi antar mahasiswa, penumbuh kreasi, pembawa aspirasi mahasiswa, juga sebagai media kontrol. Selain itu secara khusus ARENA juga berusaha memberikan informasi yang bernada optimistik, persuasif dan berwawasan pembebasan terhadap mahasiswa dan masyarakat Indonesia.
Adapun visi ARENA membangun integritas kampus-kampung, dengan mendorong kerja praktis ARENA, agar bisa menggabungkan dua hal pokok yaitu penggalian dan penyebaran informasi alternatif-kritis. Dengan pendampingan (advokasi) dan pembelaan pada kasus-kasus yang secara tidak adil dan menindas dialami rakyat di level akar rumput.