Home BERITA Peringati Hari Tani, Kelompok Petani Perempuan Karisma Gencatkan Sistem Pertanian Lestari

Peringati Hari Tani, Kelompok Petani Perempuan Karisma Gencatkan Sistem Pertanian Lestari

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

“Jadi, gerakan ini harus dilakukan secara terus-menerus. Di mana pun saya ada, saya mesti bicara itu.”

Lpmarena.com-Pertanian lestari merupakan model berkelanjutan yang menggunakan cara alami, mulai dari benih, pengolahan pupuk, proses panen hingga tanaman menjadi siap pangan. Kelompok Tani Karya Lestari Mandiri (Karisma) Kulon Progo berdiri di garda depan dalam mengembangkan sistem pertanian tersebut.

Kelompok petani perempuan ini prihatin terhadap kondisi tanah yang kian rusak akibat pengelolaan yang salah maupun pembangunan. Sistem pertanian mekanik yang diterapkan sejak diberlakukannya program Repelita oleh pemerintah, justru membuat petani menjadi ketergantungan. Selain merusak lingkungan, biaya produksi yang tinggi malah memiskinkan petani.

Oleh karena itu, perubahan sistem pertanian menjadi urgensi karena lahan produktif semakin sempit akibat adanya alih fungsi (tanah produktif). Juga, program pemerintah yang tidak mengedepankan keberlangsungan hidup petani, seperti pembangunan Bendungan Bener di Wadas.

Dalam sistem pertanian lestari, para petani mengolah pupuk sendiri dengan memanfaatkan bahan di lingkungan sekitar, seperti sampah dedaunan atau kotoran ternak. Untuk pengendalian hama, mereka tidak menggunakan pestisida. Mereka punya kiat sendiri yaitu mengalihkan (hama) dengan beberapa jenis tanaman dan hewan predator.

Herni Saraswati, anggota Karisma, mengatakan bahwa cara bertani semacam ini memiliki banyak manfaat. Selain melestarikan warisan benih dari nenek moyang, petani menjadi berdaya dengan lahannya sendiri.

Prinsip kemandirian dan kearifan lokal menjadi landasan penerapan sistem pertanian lestari. Mereka berupaya tak bergantung pada produk luar. “Tujuan kami menanam, mengembangkan kembali benih-benih lokal, terutama padi. Jadi, lestari itu murah secara ekonomi dan ramah lingkungan. Ada kemandirian, ada kearifan lokal,” terang Herni.

Sistem pertanian yang berkelanjutan ini mereka praktikan secara bertahap. Misalnya Herni, ia menggunakan alternatif lain ketika banyak petani memakai pupuk kimia yang beresiko merusak kesuburan tanah.

Dengan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan, petani diharapkan mampu berdaya dan mempertahankan kualitas tanah serta sumber daya alam yang ada.

Meski pada mulanya tak semua petani memiliki kesadaran akan sistem pertanian lestari, Herni dan kawan-kawannya di Karisma optimis untuk terus belajar dan mengembangkannya. Mereka juga menerapkan praktik polikultur, yakni teknik yang menanam lebih dari satu jenis tumbuhan dalam satu lahan. Teknik ini juga menjadi cara untuk mengalihkan hama, alih-alih membasminya dengan pestisida. Dengan gerakan ini, petani dapat berdaulat atas pupuk, benih, hingga harga jual.

Dalam agenda menyambut Hari Tani 2022, Kelompok Tani Karisma bersama Solidaritas Perempuan Kinasih menggelar rangkaian acara, di antaranya: pameran makanan lokal dan kebun kelompok, serta sesi berbagi pengalaman bersama petani perempuan Kulonprogo.

Messidah, Ketua Kelompok Karisma, merasa agenda pertemuan ini diperlukan untuk menguatkan jalinan solidaritas para perempuan tani, yang akan terus mengembangkan sistem pertanian lestari. Ia berharap petani perempuan sebagai tonggak pangan, mampu secara cerdik mengelola tanamannya secara mandiri. Messidah menyebutnya dengan kepandaian mengatur tanah dan tanaman.

“Tujuannya belajar bersama, saling tukar pengalaman, saling menguatkan, cerita apa yang jadi uneg-unegnya,” katanya.

Reporter Dina Tri Wijayanti | Redaktur Musyarrafah