lpmarena.com, Sabtu malam (7/6), lautan manusia memadati halaman depan Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Mereka berdatangan untuk melihat pembukaan “Art Jog 14”. Ini adalah seni rupa kontemporer internasional yang mewadahi para seniman lokal dan internasional untuk menciptakan dan mengapresiasi karya seni rupa berkelas dan berkualitas. Malam itu pengunjung disuguhkan musik rock dari sisi kanan panggung, sebagai tanda dimulainya pembukaan acara tersebut.
Di halaman TBY sendiri terdapat replika gedung istana negara yang berisi boneka-boneka dari kain goni dengan beragam wajah, bentuk, dan karakter.“Art Jog 14” yang dulu bagian dari Jogja Art Fairtelah dijadwalkan berlangsung dari 7-22 Juni 2014.
“Tema ArtJog tahun ini legacies of power, karya dari 103 seniman lokal dan internasional,” kata Satriagama Rakantaseta selaku Direktur ArtJog dalam sambutannya. Ia juga mengatakan acara ini ajang penting di arena seni rupa kontemper Indonesia, karena di Indonesia banyak sekali bakat dan potensi artistik dengan ide-ide sosial yang dituangkan dalam berbagai medium.
Legacies of Power, pemantik kesadaran situasi politik Indonesia sendiri yang sebentar lagi mengadakan pemilihan presiden. Pun mengajak untuk kritis dalam pelaksaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa dan bagaimana kekuasaan itu dijalankan. Warisan yang ditinggalkan tiap rezim akan memberikan dampak bagi penerus sesudahnya dan disana publik (pengunjung) diajak belajar dari masa lalu itu untuk kemajuan Indonesia ke depan melalui visualisasi tangan-tangan kreatif seniman.
“Art Jog 14” menyuguhkan tiga pertunjukkan utama. Pertama, commission work, dengan Samsul Arifin sebagai commission artist tahun ini. Ia menyulap muka gedung TBY dengan boneka-boneka goni yang di dalamnya tersirat banyak simbol. Kedua, special precentation, yang merupakan karya seniman internasional yang tahun ini berasal dari Jepang dan Amerika. Ketiga, art fair (bursa seni), menampilkan lukisan-lukisan karya terbaik dari seniman Indonesia dan luar negeri yang telah diseleksi. Namun, karena membludaknya pengunjung yang hadir, ribuan manusia ini berdesakkan-desakan untuk masuk ke dalam ruang pameran sembari berbagi nafas.
Selain itu juga ada Young Artist Award, penghargaan untuk seniman muda yang karyanya terbaik. “Merespon sisi politik di Indonesia. Banyak yang belum terungkap. Tahu, tapi belum meng-explore. Banyak yang belum tergali,” tutur Olga Rindang Amesti juara ketiga Young Artist Award yang nantinya akan menerima dana pengembangan dan program residensi di Starke Foundation, Jerman.(Isma Swastiningrum)
Editor : Ulfatul Fikriyah