Home - Mengenang Ahmad, Mengenang Membuat Puisi

Mengenang Ahmad, Mengenang Membuat Puisi

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com, Ahmad Syubbanuddin Alwy dikenal sebagai seorang aktivis dan penyair. Memperingati seratus hari wafatnya penyair asal Cirebon tersebut, Teater Eska, Keluarga Besar Teater Eska (KBTE), dan Komunitas Mari Membaca Puisi Indonesia (MMPI) menggelar tahlil puisi “In Memoriam Ahmad Syubbanuddin Alwy”.

Bagi sastrawan Iman Budi Santoso mengenang Ahmad berarti mengenang cara membuat puisi, mengenang proses kreatif almarhum. Ahmad dalam mencipta, secara kontruksi, kebahasaan, dan tema bisa melakukan dengan baik.

“Saya menyaksikan proses kreatif Ahmad yang aneh saat dia nulis puisi. Yang menarik Ahmad selalu buat puisi melalui konsep,” kata Iman di PKKH UGM, Minggu (21/2). Kabarnya proses kreatif Ahmad ini, sastrawan Kuntowijoyo juga melakukan hal yang sama.

Bersama sastrawan Hamdy Salad, di masa dulu Ahmad juga aktif di Forum Pengadilan Puisi Yogyakarta. Yang mengadili puisi-puisi penyair pada masa itu seperti puisi Iman Budi Santoso, Dorothea Rosa Herliany, Joko Pinurbo, dan lain-lain.

Bagi sahabat terdekatnya Ahmad adalah anomali. Ia dikenal jahil, humoris, kritis, dan sering menjadi provokator yang menjengkelkan. Dosen dan budayawan Faruk Tripoli pun mengenang, dahulu Ahmad Syubbanuddin Alwy sebagai orang yang suka bicara. Setiap datang ke Jogja Ahmad sering bicara pada Faruk: Mas, aku mau sekolah lagi mas. Keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan pascasarjana Ahmad begitu tinggi, tetapi Ahmad tak bisa memenuhi janjinya. “Ketika Ahmad tak bisa memenuhi janjinya, dia tak berdosa. Dia sakit,” cerita Faruk.

Iman juga menceritakan secara fisik memang Ahmad tidak sehat. Di suatu malam ketika Ahmad berkunjung ke rumah Iman, menjelang pamit pulang Ahmad ke belakang. Iman melihat ceceran darah lewat celana Ahmad. Meski telah meninggal, Iman menceritakan, Studio Pertunjukkan Sastra (SPS) membuat buku yang mengangkat biografi sastrawan yang telah almarhum. Dari banyaknya sastrawan, nama Ahmad Syubbanuddin Alwy  tercantum. “Dicatat dan tidak dicatat, engkau tetap sastwawan,” kata Iman.

Reporter dan Redaktur: Isma Swastiningrum