Lpmarena.com, Ribuan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar aksi damai bertema Pesta Rakyat, Senin (2/5). Aksi dilaksanakan dengan menduduki gedung rektorat UGM yang berada di area Balairung. Mahasiswa dari berbagai fakultas berpartisipasi dalam satu barisan massa. Di sebuah pamflet kecil tertulis “Makrab Lintas Mahasiswa.”
Sejak pukul sembilan pagi, mahasiswa mulai berdatangan untuk bergabung dalam aksi yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Berbagai spanduk menempel di muka gedung rektorat, sebuah spanduk besar bertuliskan revolusi pendidikan terpajang di tengah. Tak ada bendera organisasi manapun, hanya satu bendera merah putih yang berkibar setengah tiang dikelilingi spanduk protes lainya. Mahasiswa yang menamakan diri aliansi mahasiswa se-UGM kompak menggunakan jas berwarna abu-abu.
Menurut Jowo Susilo, bagian teknis aksi, Pesta Rakyat merupakan puncak dari beberapa aksi sebelumnya yang selalu buntu. “Aksi ini merupakan akumulasi kekecewaan dari aksi-aksi sebelumnya,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa Pesta Rakyat merupakan aksi independen yang bebas dari tekanan suatu pihak maupun kepentingan politik tertentu. Aksi muncul dari keprihatinan entitas masyarakat UGM pada pihak universitas yang tidak mampu menciptakan solusi atas banyak persoalan serta, menggunakan represi dalam menjalankan kebijakan.
Selain itu, solidaritas mahasiswa juga dipicu oleh pernyataan rektor UGM, Dwikorita Karnawati, yang menganggap Pesta Rakyat hanya sebagai simulasi politik praktis mahasiswa di siaran radio Swaragama malam sebelumnya. Ikut bergabung pula pedagang kantin Sosio Humaniora Bonbin dan Tenaga kependidikan UGM.
Terdapat tiga tuntutan mahasiswa kepada pihak Universitas, yaitu menolak kenaikan nominal UKT 2016 serta penerapan uang pangkal bagi mahasiswa mandiri, mencabut SP2 yang mengusir pedagang kantin Bonbin, dan membayar tunjangan kinerja tenaga kependidikan yang telat selama tiga semester sejak Juli 2014.
Aksi berlangsung sehari penuh dengan orasi, membacakan puisi maupun bernyanyi sambil menunggu hasil negosiasi antara rektor dan mahasiswa. Jumlah massa terus bertambah hingga memenuhi halaman. Dwikorita baru muncul di hadapan mahasiswa pada pukul setengah enam sore setelah rampung negosiasi.
Sambil duduk di tangga, Dwikorita menyampaikan janji-janjinya pada massa yang merasa dirugikan oleh universitas. Namun hingga satu jam, Dwikorita tak mampu menghasilkan keputusan yang memuaskan. Mahasiswa akan menuntut hasil konkrit universitas di tanggal 16 Mei mendatang. “Tanggal 16 Mei kita tunggu kejelasanya,” tegas seorang mahasiswa yang disambut gemuruh tepuk tangan massa.
Di akhir pertemuan, mahasiswa meminta klarifikasi atas pernyataan Dwikorita di radio Swaragama. Namun ia hanya mengucapkan selamat istirahat kemudian pergi hingga membuat mahasiswa geram. Rektor perempuan pertama UGM tersebut lantas ditahan di lokasi parkir diminta menyampaikan maaf atau mencabut pernyataanya. Namun ia menolak dan kembali masuk ke dalam gedung.
Pesta Rakyat dilanjutkan dengan pentas seni di depan gedung rektorat malam harinya. Mereka memutuskan untuk menginap di kampus. Jowo mengatakan bahwa aksi tersebut akan terus berlanjut hingga tuntutan mereka dipenuhi. “Kita akan terus lanjut sampai tuntutan kita dipenuhi,” kata Jowo.
Reporter: Rifai Asyhari
Redaktur: Isma Swastiningrum