Lpmarena.com, “Santri progresif adalah, santri yang menyebarkan nilai-nilai keagamaan yang membebaskan”. Itulah pengertian yang dimaksud dengan santri progresif: santri melawan korupsi oleh Muhammad Al-Fayyadl, dalam acara Seminar Nasional memperingati milad XXIX Ikatan Alumni Annuqayah (IAA).
Pemateri pada acara tersebut, di antaranya Budi Santoso (KPK), Marzuki Wahid (sekretaris Lakpesdam PBNU), dan Al-Fayyadl. Dimoderatori oleh Fathorrahman MD (Deklarator GPMK), seminar digelar di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (05/09).
Al-Fayyadl menyebutkan isu korupsi bukan hanya isu aktivis yang ada di Jakarta, tapi juga menjadi isu penting bagi kalangan santri. Sebab santri yang progresif adalah santri yang sadar akan kondisi sosialnya, baik di bidang politik, ekonomi, maupun kebudayaan. Sebab itu adalah identitasnya yang aktual, yang harus ada di samping umat yang tertindas.
Ia juga menegaskan jika santri dan pesantren tidak boleh sibuk diri dengan kebudayaanya sendiri, dengan hanya membaca kitab kuning. Santri harus lebih peduli pada kondisi yang ada di luar atau di sekitarnya, termasuk isu korupsi yang menjadi basis kedaulatan atau kesejahteraan umat yang perlu dikawal. “Jika santri tidak peduli akan kondisi di luar, saya yakin ia akan dijauhi oleh oleh umatnya,” ungkap aktivis Komite Nasional Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FKNSDA) tersebut.
Bagi Fayyadl, ada tiga persoalan besar di negeri, kenapa korupsi tumbuh subur di Indonesia. Tiga hal tersebut yakni “kapitalisme”, “praktik oligarki politik”, dan “militerisme” yang ketiganya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dirobohkan di kalangan elite sampai hari ini, yang perlu disikapi oleh santri.
Hal tersbut juga diperkuat oleh Marzuki Wahid bahwa santri harus berani bersikap tegas untuk melawan korupsi. Sesuai dengan kebijakan hukum yang telah ada di NU. “Walaupun seorang ulama maupun kiai yang korupsi.” Ini sejalan dengan hasil Muktamar NU Jombang, Marzuki menegaskan bahwa “Hukuman Mati bagi mereka yang korupsi, sebagai hukuman maksimal,” ucapnya.
Reporter: M. Faksi Fahlevi
Redaktur: Isma Swastiningrum