Home - Mematah Stereotip Kekunoan Bahasa Arab

Mematah Stereotip Kekunoan Bahasa Arab

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com – Di tengah guyuran hujan, satu per satu peserta Kemah Bahasa Arab dan Mukhtamar Ittihadu Thalabah Al Lughah Al Arabiyah (ITHLA) VI, berbondong-bondong mendatangi Gedung Prof. Amin Abdullah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Peserta datang dari berbagai penjuru daerah, Jumat (24/11).

ITHLA merupakan organisasi perkumpulan jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) yang meliputi berbagai kampus dalam maupun luar negeri. Acara ini berlangsung dari tanggal 24-27 Oktober 2017, dan tercatat 660 peserta yang turut  berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Termasuk beberapa mahasiswa asal kontingen Malaysia.

Setelah menjalani pembukaan dan kirab di Gedung Prof. Amin Abdullah, peserta beranjak menuju ke lokasi kegiatan kemah, yang sepenuhnya berpusat di Asrama Haji Yogyakarta. Kegiatan kemah dan mukhtamar ITHLA kali ini memiliki konsep dasar untuk mempererat silaturahmi antar jurusan Bahasa Arab. Selain itu kegiatan itu juga membahas prospek kemaslahatan bahasa Arab kedepannya. “Jadi untuk konsep dasar kegiatan kali ini kita akan membahas  juga bagaimana prospek jurusan bahasa Arab kedepaannya,” ujar Ahmad Misbah, ketua pelaksana.

Menurut Didi Manarul ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW  III) Jateng dan DIY Yogyakarta, sudah seharusnya ITHLA sebagai wadah perkumpulan mahasiswa jurusan bahasa Arab untuk turut serta membicarakan signifikansi dan peran bahasa Arab di tingkat nasionalitas bahkan internasionalitas. Memunculkan wajah dan pentingnya mempelajari bahasa Arab di era modern, sekaligus mematahkan stereotip kekunoan bahasa Arab yang cenderung diklaim sebagai bahasa klasik dan sangat islamis. Sehingga orang selain Islam kadang enggan untuk mempelajarinya.

Alih-alih bahasa Arab telah menjadi salah satu bahasa yang kian populer di dunia dan pengaruhnya banyak tertoreh dalam catatan sejarah. Oleh karena itu mahasiswa bahasa Arab mestinya memunculkan pengaruh pentingnya dunia berbahasa Arab. “Selama ini kan, orang selalu mengidentikkan bahasa Arab dengan Islam. Makanya kadang ada yang terkesan enggang mempelajarinya. Padahal dalam sejarah perannya sangat besar,” papar Didi.

Bahasa Arab Zaman Old

Sejarah mencatat bahasa Arab sangat berperan penting di mata dunia. Dalam bukunya Musthafa As- Siba’i, Min Rawa’i Hadratina  (yang diterbitkan dalam Bahasa Indonesia “Peradaban Islam”), menceritakan bagaimana orang-orang barat, khususnya penyair-penyair Spanyol mendapat pengaruh besar dari sastra Arab.

Pada masa itu beberapa sastrawan barat terpesona oleh keindahan bahasa dan sastra Arab. Dozy, dalam bukunya tentang Islam dari risalah Spanyol, mengakui kesedihannya karena bahasa Latin dan Yunani dilalaikan orang sementara bahasa kaum muslimin ditekuni. Ia berkata, ”Orang-orang yang memiliki kecerdasan dan perasaan telah tersihir oleh keindahan sastra Arab sehingga mereka meremehkan bahasa Latin dan menulis hanya dengan bahasa para penakluk mereka. (Baca: Peradaban Islam, Ahmad Siba’i)

Beberapa generasi Nasrani yang tumbuh di era itu malah giat mempercantik keilmuan Bahasa dan sastra Arab mereka. Mereka tumbuh dengan khazanah-khazanah arab dan gemar menekuni literatur Arab di perpustakaan. Para sastrawan pun banyak terpengaruh, sebab keindahan uslub (gaya bahasa) dalam bahasa Arab. Sehingga kadang mereka menciptakan puisi yang uslubnya melebihi puisi karya orang Arab sendiri.

Wwajar pada abad ke 14, beberapa sastrawan di Eropa karya-karyanya terpengaruh oleh sastra Arab. Seperti halnya, Boccaccio dengan karyanya Ash-Shabahatul `Asyrah (Sepuluh Waktu Pagi) yang mengikuti jejak Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam), Shakespeare dipengaruhi dramanya Natan Al Hakim (Natan yang Bijaksana). Hingga Dante Alighieri yang juga dipengaruhi oleh Risalatul-Ghufran (Risalah Pengampunan) karya Al-Maarri dan Washful-Jannah (Gambaran Surga) karya Ibnu Arabi.

“Inilah makanya peran bahasa arab kembali harus ditampakkan sebagai bahasa penting sebagaimana diceritakan sejarah. Dari sini perkumpulan ITHLA kita nantinya beberapa hari ke depan akan belajar dan membahas luas sepak terjang itu,” lanjut Didi.

Bahasa Arab Zaman Now

Selain mengenai peran dan popularitas Bahasa Arab, dalam kegiatan ini juga menjadi jawaban tantangan zaman. Sebab zaman sekarang, banyak oknum yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan faham radikal melalui fatwa. Oleh karena itu, bahasa Arab akan menjadi alat untuk menangkal fatwa sesat yang sengaja memelintirkan ayat Al-Quran dan Hadis, khususnya sebagai penangkal paham radikalisme. Hal inilah yang menjadi salah satu indikasi bahwa bahasa Arab itu penting untuk dipelajari saat ini, sehingga tidak lagi diklaim sebagai bahasa kuno dan hanya cenderung islamis.

“Kita juga bisa tau tantangan dan pentingnya mempelajari bahasa arab di zaman sekarang ini. Misalnya kan belajar untuk menangkal faham sesat dan menjadi kebutuhan semua orang toh,” tukas Restu Setyawan, salah satu peserta asal UIN Alauddin Makassar.

Reporter: Ilham M Roesdi

Redaktur: Wulan