Published on July 16, 2018
Sudah hampr setengah tahun, terhitung dari terpilihnya Senat Mahasiswa (student government) pada pemilihan umum mahasiswa UIN Sunan Kalijaga pada akhir desember lalu. Student government sebagai lembaga yang mewakili mahasiswa untuk memberikan aspirasi kepada kampus. Namun, sampai sejauh ini banyak mahasiswa masih mempertanyakan kinerja dari student government tersebut. Hal itu, terlihat dari beberpa isu kampus yang tidak tercover oleh mereka seperti halnya KKN dan UKT. Mungkin bukan tidak tercover gerak mereka sangat lambat, sehingga banyak mahasiswa mempertanyakan hal tersebut.
Entah seperti apa dinamika yang terjadi dalam student government sekarang. Apa yang dipikirkan oleh mereka hari ini ? Apakah jabatan dalam kampus hanya dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan derajat atau meningkatkan eksistensi diri ? Andaikan seperti itu saya kira niatannya menjadi pejabat kampus harus diluruskan. Pasalnya hal tersebut tidaklah sederhana. Kampus menjadi ruang belajar sebelum mereka (mahasiswa) terjun langsung dalam dunia yang nyata. Seperti halnya yang disampaikan dalam setiap pertemuan PBAK, melalui sosialisasinya dijelaskan bahwa Dema dan Sema sebagai lembaga Eksekutif dan Legislatif, yang peranannya seperti halnya presiden dan dpr jika dianalogikan sebagai negara.
Jujur, saya tidak bisa membayangkan tatkala negara kita nanti diisi oleh mereka, yang dalam proses belajar saja tidak maksimal dan hanya mengejar popularitas atau eksistensi. Tidaklah mungkin persoalan rakyat diselesaikan dengan baik, malahan menambah kegaduhan masyarakat karena mereka dirasa tidak mumpuni dalam melakukan kinerja. Saya pikir, kalau seperti itu terus reformasi jilid 2 yang berwacanakan revousi akan terjadi.
Bukan maksud untuk merendahkan dengan munculnya tulisan ini nantinya. Namun, begitu sayangnya kami dengan student government, kami berusaha untuk mengingatkan peran dan tugasnya sebagai pimpinan. Karena memang hanya seperti inilah yang bisa kami lakukan sebagai mahasiswa sipil.
Student government yang dihormati oleh Allah. Kami berharap semoga kalian tetap berada dalam lindungannya dan diberi kecerdasan serta kejernihan pikiran dalam memimpin kami, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Saya tidak ingin kebencian-kebencian mahasiswa terlalu larut kepadamu sehingga tidak ada lagi yang percaya dengan kalian, sehingga reputasi kalian diturunkan serendah-rendahnya oleh Tuhan.
Mungkin saya perlu saya ceritakan terkait kondisi yang terjadi di kampus sekarang. Beberapa hari yang lalu anak-anak KKN mengeluh atas hal-hal yang terjadi dalam KKN yang diluar dari bayangan mereka. Saat mereka ditolak oleh kepala dusun, beban biaya KKN yang diberikan dusun terlalu mahal di luar dari kemampuan mereka, dan juga tentang kesembrodoan LPPM dalam memilih lokasi KKN karena belum selesai perizinannya.
Melalui sosial media yang masuk dalam grup ARENA. Mereka mempertanyakan peran kalian dalam hal ini dimana? Mereka merasa bahwa kalian tidak turut andil dalam mengadvokasi isu tersebut.entah seperti apa realitanya saya tidak tahu. Mungkin kalian sudah melakukan advokasi. Namun, karena kedekatan kalian dengan mahasiswa kurang bagus, atau advokasi yang kalian lakukan sembunyi-sembunyi sehingga mahasiswa secara umum tidak mengetahui. Mungkin bisa jadi seperti itu. Tapi, mahasiswa membutuhkan kalian dalam kondisi yang seperti ini karena mereka tidak mempunyai wewenang dan kesempatan untuk negosiasi langsung dengan Pimpinan Kmapus.
Kedua, persoalan UKT yang dari tahun ke tahun tidak kunjung usai malah menjadi-jadi. Banyak mahasiswa iri, terlebih mahasiswa semester tua dengan kondisi yang terjadi di UIN Sunan Kalijaga kok tidak seperti di UIN Bandung dan UIN Jakarta. Mereka mengeluhkan bahwa di sana semester tua hanya membayar UKT setengah kok disini tetap sama. Apa di sini student governmentnya tidak ada upaya untuk memperjuangkannya? Jangan bilang kalian kalau pengin seperti itu pindahnya saja ke UIN Bandung atau UIN Jakarta, kita kan UIN Sunan Kalijaga ya berbeda. Saya kira kalau benar jawabannya seperti itu, itu merupakan jawaban yang selemah-lemahnya iman dan ada kedangkalan berfikir dari kalian.
Terjadinya penurunan jumlah pembayaran UKT tidak terlepas dari peran student government memperjuangkan hak-haknya di tataran Kampus. Melewati audiensi dan negosiasi yang sangat panjang. Dengan memperlihatkan fakta-fakta yang terjadi. Sehingga keluarlah sebuah kebijakan tersebut.
Belum lagi persoalan Maba yang keberatan dengan jumlah nominal yang harus dibayar. Ketidak mampuan mahasiswa yang tidak dapat melanjutkan sekolah cuma gara-gara tidak bisa bayar UKT. Atau mahasiswa yang terpaksa harus cuti karena tidak mempu membayar UKT.
Saya kira masih banyak persoalan dan membutuhkan bantuan kalian untuk menyelesaikan itu. Do’a saya pada kalian, semoga kalian dikuatkan Tuhan dalam menjalani tugas-tugas kalian. Agar kelak nanti tidak menjadi generasi penurus pengelapan anggaran dan manipulasi kebijakan di masa yang akan datang. Amiin.
*Penulis adalah mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga.
Gambar: uin-suka.ac.id