Home BERITA Pentas Kalimasada: Upaya Penyelarasan Budaya Jawa dengan Nilai Keislaman

Pentas Kalimasada: Upaya Penyelarasan Budaya Jawa dengan Nilai Keislaman

by lpm_arena
pagelaran wayang kalimasada
Print Friendly, PDF & Email

Lpmarena.com-Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kalimasada menggelar Pentas Warga ’23 dengan tema “Manunggaling Rasa Budhaya” di gelanggang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, pada Rabu (26/06). Tema pada pentas kali ini lahir dari pembacaan Kalimasada mengenai budaya Jawa dan Islam.

Zidan Muzakki, salah satu dalang dalam pentas ini menuturkan latar belakang tema tersebut adalah banyaknya penelitian barat yang memberikan kesan bahwa kebudayaan Jawa seolah-olah kuno. Hal ini mengakibatkan identitas antara Jawa dengan Islam terkotak-kotakan, ditandai dengan munculnya golongan abangan, santri, dan priyayi.

“Manunggaling Rasa Budhaya merupakan upaya menyatukan rohani (nilai ketuhanan) agar dapat selaras dengan jiwa, pikiran, dan raga,” kata Zidan.

Penentuan tema pentas tidak terlepas dari pergulatan anggota Kalimasada terhadap identitas keislaman dan kejawaan pada proses kreatifnya. Menurut Zidan, Kalimasada tidak ingin fanatik pada satu gaya tertentu. Misalnya, penggunaan gamelan Jawa untuk mengiringi pembacaan tawasul dan penampilan seni tari dengan berbagai gaya, seperti Yogyakarta, Solo, hingga Banyumas.

“Kita berusaha memperkenalkan bahwa Kalimasada, di dalamnya dapat menghimpun beberapa kebudayaan,” ujarnya.

Penampilan Tari Klana Topeng Alus (foto: Tim dokumentasi UKM Kalimasada)

Pentas ini merupakan serangkaian acara untuk memperkenalkan sekaligus mengukuhkan anggota baru UKM Kalimasada tahun 2023. Pentas dibuka dengan seni karawitan, irama gamelan yang padu berhasil menciptakan suasana khidmat. Pagelaran wayang dengan cerita kelahiran Gatotkaca dan selingan tokoh Punokawan menjadi penutup pentas.

“Kami menentukan Gatotkaca lahir sebagai simbolisasi bahwa warga Kalimasada siap berkecimpung di dalam kesenian dan kebudayaan Jawa,” terang Zidan.

Karina Rinai, sebagai penonton, mengungkapkan dirinya merasa terkesan pada penampilan Tari Klana Topeng Alus dan pagelaran wayang. Menurutnya, Kalimasada sudah berproses dengan baik dan mampu membentuk anggotanya untuk memiliki keterampilan di bidangnya masing-masing.

“Dari kacamata penonton, menurutku untuk karawitan sudah bagus dan dalangnya mantep banget. Tapi aku lihat tarian selain Topeng perlu digarap lebih serius, karena kalau aku lihat itu belum maksimal,” ungkap Rinai.

Di sisi lain, Zidan menyesalkan keterbatasan waktu yang dimiliki Kalimasada untuk menyelenggarakan pentas ini. Kendala lain seperti masalah perizinan ke rektorat dan tidak tersedianya perlengkapan yang lengkap dari pihak kampus, membuat ide-ide dan spirit seni profetik tidak sepenuhnya tersampaikan.

“Kami sudah menyiapkan banyak teks. Tapi karena keterbatasan waktu yang sangat terasa, pesan-pesan tidak sepenuhnya dapat kita sampaikan,” pungkasnya.

Reporter Yudhistira Wahyu Pradana | Redaktur Niswatin Hilma | Foto Tim Dokumentasi UKM Kalimasada