Home - Presiden Baru

Presiden Baru

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Ini dia hajatan terbesar bangsa Indonesia yang kita rayakan lima tahun sekali: Pilpres. Miliaran rupiah  telah digelontorkan untuk segala kebutuhan pemilu, logistik, dan kampanye. Bahkan yang unik tahun ini, salah satu kandidat  malah mendapat bantuan dana untuk kampanye dari masyarakat. Baik  itu dari individu maupun perusahaan dengan jumlah yang cukup fantastis. Jika kita lihat euforia masyarakat, sepertinya Pilpres tahun ini memang menjadi antitesis dari pemerintahan yang sebelumnya. Sebuah harapan yang didambakan masyarakat sejak lama, demi Indonesia yang lebih baik. Di tangan kedua kandidat itu harapan masyarakat diserahkan.

Mendekati hari pemilu, media semakin tidak adil dalam pemberitaannya. Tak heran karena pemiliknya termasuk politikus yang beradap ada jajaran tim sukses masing-masing kandidat. Kampanye negatif, bahkan kampanye hitam merebak di media massa maupun media sosial. Debat capres menjadi objek untuk nonton bareng (nonbar) masyarakat belakangan. Perbedaan karakter yang mencolok masing-masing kandidat telah menjadikan pertarungan itu semakin seru. Pertarungan kedua calon pemimpin bangsa itu hampir menjelma menjadi hiburan untuk masyarakat. Pertarungan yang tidak pernah menyisakan siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Melewati fase di atas, kini pilpres telah dilaksanakan serentak tanggal 9 Juli di seluruh wilayah di Indonesia. Antusiasme masyarakat dalam pilpres kali ini mengalami peningkatan dibanding pemilu legislatif yang juga telah diselenggarakan April lalu. Mungkin karena pilihan kali ini lebih jelas di mata masyarakat. Masyarakat lebih bisa menilai kedua pilihan kali ini meskipun dengan perspektif yang berbeda-beda. Masyarakat sudah semakin mantap menentukan pilihannya. Bahkan banyak kalangan masyarakat yang baru tahun ini mau menggunakan hak pilihnya.

Di hari yang sama dengan dilaksanakannya pencoblosan, kedua kandidat telah mendeklarasikan kemenangannya, meski baru keluar hasil versi quick count. Dan quick count ini pun ternyata memiliki versinya masing-masing dalam setiap lembaga yang menyelenggarakannya. Tindakan kedua kandidat ini dinilai terlalu gegabah oleh Presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menghimbau agar kedua kandidat ini menahan diri. Entah apa tujuan kedua calon pemimpin kita ini tergesa-gesa mendeklarasikan kemenangannya, meskipun belum tentu menjadi pemenang secara resmi. Media elektronik pun semakin chaos dalam memberitakannya, mengklaim quick count versinyalah yang paling valid dan independen. Dan turut mengamini deklarasi kemenangan kandidat “jagoannya”.

Masyarakat, mau tak mau, suka tak suka, milih atau golput, harus merelakan masa depan tanah airnya dipimpin oleh salah satu capres ini. Tentunya tak bisa kita serahkan sepenuhnya masa depan tanah air ini pada presiden mendatang. Presiden tetaplah manusia biasa, bukan manusia setengah dewa. Konsekuensi dari seorang manusia biasa adalah akan melakukan kesalahan atau kekhilafan pada masa kepemimpinannya mendatang. Dan kita sebagai masyarakat yang masih mengaku cinta pada tanah air dan gandrung akan keadilan, tak akan tinggal diam saat hal itu terjadi. Kita tidak bisa lepas tangan begitu saja setelah pemilu berakhir. Kita harus turut mengawal jalannya kepemimpinan presiden baru ini lima tahun ke depan. Kepemimpinan boleh dipegang satu orang, tapi kedaulatan  adalah milik rakyat.

Redaksi