Lpmarena.com, Aliansi Mahasiswa Yogyakarta kembali mengadakan aksi penolakan kenaikan BBM, Rabu (18/11). Aksi yang dimulai sekitar pukul 14.20 WIB sempat diwarnai kericuhan.
Hal tersebut diawali ketika massa aksi yang tengah berjalan menuju pertigaan jalan Laksda Adisucipto dikepung oleh aparat kepolisian yang tengah berjaga. Akibatnya, massa aksi terpancing untuk melakukan anarkis. “Padahal kali ini aksi damai, dan selayaknya aparat kepolisian menarik mundur,” ungkap Zen, perwakilan massa aksi yang ikut negosiasi bersama polisi.
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Sunan kalijaga, Syaefuddin Al Ayyubi mengungkapkan bahwa aksi kali ini longmarch dari UIN Suka sampai pom bensin Janti untuk menyuarakan suara rakyat , akan tetapi aksi kali ini dihadang oleh aparat, “Ini jelas bahwa polisi lebih berpihak pada pemerintah ketimbang masyarakat,” tuturnya.
Sementaraitu, Ihsan Aminsalah satu anggota kepolisian saat mengadakan negosiasi dengan perwakilan mahasiswa bahwa pihaknyaakan siap mengawal aksi kali ini tanpa kekerasan. “Walaupun mahasiswa sampai malam, kami layani,” ungkapnya.
Sementaraitu, sekitar pukul 15.00 WIB, ketika massa aksi mulai mundur dari atas jembatan sungaigajah wong ketitik pertigaan UINSuka, aparat kepolisian langsung melepaskan peluru gas air mataarahmasaaksi. Sehinggabentroktakdapatterhindari.“Ini kesalahan polisi, seharusnya ketika masa aksi mundur ke pertigaan aparat mundur biar tidak mengundang konflik,” tutur Farid selaku massa aksi.
“Katanya mau mengawal malah menyerang,” tambahnya.
D itengah persetegangan antar mahasiswa dengan aparat kepolisian, Hariono salah satu warga Papringan yang sempat ARENA temui didepan musium Affandi, tepatnya dibawah pohon yang berjarak 100 meter depan masa aksi. Ia mengungkapkan bahwa ia setuju atas apa yang dibela oleh mahasiswa, yakni penolakan terhadap keputusan Jokowi-JK terkait naiknya BBM. “Aspirasi mahasiswa harus diwujudkan atas pembelaan pada masyarakat, dan saya suka itu,” ungkapnya. (M. Faksi Fahlevi)
Editor : Ulfatul Fikriyah