Seorang pemimpin harus memiliki keberanian
Lpmarena.com, itulah salah satu hal yang disampaikan Minhaji dalam acara pelantikan Dekan dan Direktur Pascasarjana UIN Suka, (6/3). Rektor baru tersebut menyampaikan amanatnya dengan nama guyonan ala jawa. Guyonan tersebut berisi tiga hal dengan tiga pesan yang tersirat di dalamnya.
“Jadi suatu saat pak Harto, ketika baru saja dilantik. Dia punya ajudan antara lain dua,” ia memulai. “Yang satu berlatarbelakang tentara, yang satu berlatar belakang ustadz. Yang tentara bilang, Pak kalau ingin melangkah harus dimulai dari kaki kiri dulu. Yang ustadz bilang, Pak kalau mau melangkah dari kaki kanan, itu ajaran Islam”.
Cerita berlanjut ketika pak Harto akan bepergian. “Suatu saat pak Harto akan naik mobil. Ia kan mau masuk mobil. Melangkah kaki kiri ditarik sama ustadz, lalu kaki kanannya melangkah ditarik sama yang militer. Teruuus begitu.”
Bu Tin dari awal memperhatikan apa yang terjadi. Dan sudah tidak tahan dengan kelakuan ajudan suaminya. Akhirnya ia dorong pak Harto masuk ke mobil. “Dan pada saat itu sudah tidak terlihat lagi kaki mana yang dahulu melangkah. Mungkin melompat dua-duanya.” Cerita tersebut menggambarkan seorang pemimpin yang akhirnya harus berani mengambil keputusan atau kebijakan.
“Leaders itu beda dengan manager. Leader itu memiliki tiga hal, kita sudah memaklumi semua, knowledge / pengetahuan, skills / kemampuan menerjemahkan knowledge itu dalam kehidupan sehari-hari, integrity. Dan itu sekali lagi, harus memiliki keberanian,” terangnya.
Cerita guyonan kedua ia menyampaikan tentang pemegang jabatan yang harus memenuhi syarat. Ia mengibaratkan peran inspektur upacara dan komandan. “Saya kira ini mengajak kita untuk merenung, mengaca diri. Mengaca diri apakah memang kita bisa.”
Di akhir amanatnya, ia menyampaikan pemimpin juga harus mempunyai banyak cara, yang ia ibaratkan cara sebagai pintu. “Ketika akan masuk, jangan melalui satu pintu saja. Ketika satu pintu gagal, wassalam. Maka harus masuk dari banyak pintu. Dan itu persis untuk seorang pimpinan.” (Ulfatul Fikriyah)