Oleh Alifah Amalia
Tahun ajaran 2015/2016 di kampus putih ini belum lama dimulai. Agenda-agenda kampus yang diperuntukkan bagi mahasiswa baru (maba) seperti Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) dan Sosialisasi Pembelajaran (Sospem), telah selesai dilaksanakan. Saat ini, maba mulai menyesuaikan diri untuk pertama kalinya merasakan bangku perkuliahan. Mahasiswa lama (mala) pun turut kembali ke kampus dari libur panjangnya.
Beberapa hari yang lalu saya masih ingat ada teman yang nyeletuk tentang penuhnya kendaraan di parkiran terpadu. “Sekarang cari parkiran kosong susah. Maba sekarang banyak yang bawa motor.” Lebih kurang begitulah celetukan teman saya yang tahun ini sudah pantas disebut mala tersebut.
Mungkin tak hanya teman saya sebagai mala yang merasakan hal tersebut. Tidak hanya di tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya pasti ada gerutuan mengenai susahnya mencari parkiran kosong yang disebabkan oleh kedatangan maba.
Memasuki tahun ajaran baru tentu berpengaruh dengan bertambahnya maba yang datang di Kota Yogyakarta ini. Sebagai kota yang disebut-sebut sebagai Kota Pelajar, menjadikan Yogyakarta sebagai kota tujuan untuk menuntut ilmu. Berbondong-bondong mahasiswa luar kota memutuskan untuk kuliah di Kota Pelajar ini.
Maba yang datang ke Kota Pelajar ini sebagian besar menggunakan kendaraan untuk mobilisasi perkuliahan. Dapat dilihat di ruas jalan banyak menggunakan plat kendaraan luar kota Yogyakarta. Tidak usah jauh-jauh, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat plat kendaraan di parkiran Kampus Putih ini.
Kedatangan maba pun menjadi identik dengan kedatangan kendaraan bermotor milik mereka. Meskipun belum ada data yang pasti mengenai jumlah pertambahan kendaraan bermotor di Kampus Putih setiap tahunnya_sepertinyaperluuntukditelitilebih lanjut. Namun, antara maba dan kendaraan selalu saja dikait-kaitkan.
Kedatangan maba bukan satu-satunya penyebab masalah penuhnya kendaraan di parkiran kampus. Memang sih, mahasiswa yang notabene tinggal di sekitar kampus masih saja menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi ke kampus. Namun, hal tersebut bukanlah suatu hal yang menyebabkan penuhnya parkiran kampus.
Ada hal lain, yaitu tidak sebandingnya jumlah mahasiswa yang diterima dengan mahasiswa yang lulus. Tiga ribuan maba dinyatakan lolos dan diterima di Kampus Putih. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang lulus. Sehingga menyebabkan masih banyak mahasiswa yang nongkrong di Kampus.
Luas wilayah parkiran di kampus yang tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan juga menjadi salah satu penyebab penuhnya kendaraan di parkiran. Menjadikan Kampus Putih ‘sebenarnya’ belum siap dengan kedatangan mahasiswa di tiap ajaran barunya. Sehingga perlu adanya kebijakan-kebijakan, baik dari pihak kampus maupun bagi pemarkir kendaraan di kampus ini, agar setiap tahunnya tidak mengalami pertambahan yang drastis.
Kita sendiri sebagai ‘maha’siswa juga seharusnya peka terhadap problem tersebut. Dimulai dari kesadaran kita sendiri untuk meminimalkan penggunaan kendaraan di lingkungan kampus. Jadi, jangan hanya salahkan maba ya. []