Lpmarena.com, Bedah buku Kesaksian Kisah Perlawanan Mahasiswa UTY yang diselenggarakan di Ruang Banggar DPRD kota Yogyakarta, Sabtu (02/01) memperoleh intimidasi. Intimidasi yang dilakukan oleh wakil rektor Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) disampaikan melalui pesan singkat kepada Eko Prasetyo, salah satu pembedah dari Social Movement Institute (SMI) di pagi sebelum berangkat ke acara.
“Saat ini intimidasi tidak hanya dialami oleh mahasiswa, tetapi narasumber juga mengalaminya,” jelas Eko dalam paparannya. Menanggapi intimidasi tersebut Eko hanya menanggapi dengan santai, dia bahkan merasa tertantang jika sesuatu hal itu telah dilarang.
“Sesuatu yang dilarang malah menjadi menantang bagi saya. Maman jika digugat karena penerbitan buku ini maka akan kami bela. Kalau bisa UTY akan kami serang,” tegas Eko.
Melihat keadaan kampus UTY seperti yang dipaparkan dalam bukunya Maman Suratman, Eko mengungkapkan bahwa kampus yang seperti ini tidak demokratis sekali menurutnya. Karena selain adanya pelarangan adanya diskusi, kampus UTY juga mati dalam berdemokrasi. Hal ini dapat dilihat pada pelarangan pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus.
Dikson Ringgo salah satu pembedah dari Wasekjen Dewan Pengurus Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI) 2015-2018 memberi pernyataan tegas bahwa jika kita menurut pada aturan, maka keberadaan kita ibarat hidup tanpa nyawa. “Dan hidup yang demikian, itu sangat mengerikan,” ungkap Dikson.
Keberadaan kasus ini, juga dapat dilihat pada ketidakhadiran rektor UTY yang pada diskusi pembedahan buku yang seharusnya menjadi narasumber.
Reporter: Anis Nur Nadhiroh
Redaktur: Isma Swastiningrum