“Bapak saya meninggal, ibu saya sudah tua tidak kerja, kakak juga sudah berumah tangga, dia biayai pendidikan tinggi, saya sepakat panitia tolak UKT,” kata Amin Mulindari, mahasiswa baru PGMI.
Lpmarena.com, Kegiatan OPAK UIN Sunan kalijaga diwarnai dengan penolakan Uang Kuliah Tungga (UKT) yang merupakan turunan dari tema OPAK 2016, Transparansi Pengatahuan Menuju Pendidikan Humanis Berasakan Keislaman dan Keindonesian, sebagimana dikatakan oleh Zaky Aftanul Makin, selaku ketua panitia universitas.
Lelaki asal Purworejo tersebut menyebutakan bahwa biaya kampus yang mahal sudah selayaknya untuk menjadi tuntutan bagi mahasiswa baru. “Apalagi tidak adanya juknis UKT yang jelas,” paparnya saat ditemui oleh ARENA di kantor DEMA Universitas, Jum’at (19/08).
Wulan Sri Rahayu, mahasiswa baru jurusan Ilmu Hukum mengeluhkan beratnya UKT. Ia medapat UKT golongan 5, sebesar Rp 7.17.000.00 di saat situasi orang tua tidak berpenghasilan tinggi. Ia menceritakan telah lulus tes di UMY dengan SPP Rp 6.000.000, tapi karena biaya yang mahal ia harus milih UIN. “Menurut saya negeri itu lebih murah, karena disubsidi negara, ternyata lebih mahal.”
Hal serupa juga dirasakan oleh Irfan Sirojuddin mahasiswa baru jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Orang tuanya yang bekerja sebagai guru (PNS) tidak bisa memjamin kesejahteraan keluarga, apalagi ia anak pertama dari empat bersaudara, “ Terpaksa saya harus sambil kerja, untuk nambahi biaya kuliah yang mahal,“ keluhnya pada ARENA.
Keresahan itu sudah dirasakan dari awal oleh panitia OPAK, sehingga dari banyak fakultas langsung melakukan penerapan aksi penolakan UKT. Seperti Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan tagline Tolak Komersialisasi Pendidikan; Pukul Mundur UKT, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam dengan tagline UKT Membunuhku, dan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya dengan tagline Adab Menolak UKT.
Tagline penolakan tersebut bagi Dani selaku ketua panitia Fakultas Dakwah dan Komunikasi, merupakan tuntutan, sebab UKT dari awal sudah tidak pernah tepat sasaran. “Apalagi dari petani kecil, sungguh sangat merasahkan.”
Moh. Syauqi Fath, mahasiswa asal Sumenep yang menjadi ketua panitia Fakultas Adab mengatakan pendidikan adalah upaya mewujudkan amanat pembukaan UUD 1945, yaitu memajujan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia. “Ternyata tidak berjalan dengan baik.”
Beberapa aksi penolakan UKT oleh panitia OPAK UIN Suka mendapat apresiasi dan dukungan penuh oleh ketua DEMA Universitas, Arta Wijaya. “Sebab UKT dimanfaatkan sebagai alat untuk menaikkan biaya pendidikan oleh pihak kampus,” ungkap Arta Wijaya.
Sedangkan Hilful Fudhul selaku advokat UKT mengatan bahwa, tidak ada alasan untuk tidak menolak UKT dan tidak ada alasan untuk menutupi persoalan UKT kepada mahasiswa baru.
Reporter: M Faksi Fahlevi
Redaktur: Lugas SUbarkah