Lpmarena.com, Haji Mohamad Misbach merupakan pelopor teologi pembebasan yang membuktikan bahwa Islam adalah agama yang membawa semangat pembebasan. Ia mampu mempertemukan agama dan kebutuhan rakyat tertindas. Melalui tulisan dan mimbarnya Haji Misbach mengajak rakyat untuk berjuang melawan penjajah.
Hal inilah yang diungkapkan Muhidin M Dahlan selaku pemateri dalam bedah buku dan diskusi bertema “Jalan Merah Seorang Haji”. Acara yang diselenggarakan pada Kamis (29/09) di Gedung Cut Nyak Dien Fakultas Ilmu Sosial UNY tersebut juga menghadirkan Miftahudin, Dosen Ilmu Sejarah UNY.
Haji Misbach juga dikenal sebagai salah satu tokoh komunis Indonesia. Alasan Haji Misbach memilih komunis menurut Muhidin adalah karena, “Cita-cita Islam itu ada dalam komunis,” terang Muhidin. Meski komunis, ia juga seorang agamawan Islam yang berdakwah tidak hanya lewat mimbar, tetapi juga aksi nyata bersama rakyat dengan dalil-dalil Al-Qur’an.
Selain itu Haji Misbach juga banyak menulis tentang Islam dan komunis di surat kabar yang dipimpinya, Medan Moeslimin. Itulah salah satu sumbangan Misbah dalam dunia Pers. “Haji Misbach punya hak menjadi tokoh pers paling berpengaruh di Indonesia,” kata Muhidin.
Perjuangan Haji Misbach direfleksikan dalam buku “Haji Misbach Sang Propagandis” yang merupakan karya-karya Haji Misbach di surat kabar Medan Moeslimin dan Islam Bergerak (1915-1926). Dalam karya-karya nya Misbah memadukan antara Islam dan Marxisme.
Jika misi awal nabi Muhammad adalah membebaskan masyarakat Arab dari belenggu kejahiliahan, maka semangat perjungan Nabi Muhammad tercermin pada Haji Misbach dengan semangat melawan penjajahan dan bentuk penindasan.
Miftahudin menyebutkan bahwa Haji Misbach adalah pahlawan yang berjasa sangat besar bagi Indonesia, bahkan sampai akhir hayatnya Haji Misbach tetap melakukan perlawanan dan pemberontakan. “Haji Misbach harus kembali dimasukan dalam rantai sejarah pergerakan Indonesia,” ujar Miftahudin.
Reporter: Ajid Fuad Muzaki
Redaktur: Isma Swastiningrum
Sumber gambar: indoprogress.com