Home - Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Eksperimental Saintifik

Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Eksperimental Saintifik

by lpm_arena

Lpmarena.com, Melihat sejarah, pada abad 16 umat Islam mengalami keterpurukan dan keterbelakangan. Hampir semua negara-negara muslim menjadi korban penjajahan oleh negara barat. Namun ada dua negara muslim yang tidak dijajah, yaitu Turki dan Irak. Mereka memiliki ilmu pengetahuan sains yang kuat.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Hamdan Daulay, Wakil Dekan II Fakultas Sains dan Teknologi, dalam kuliah umum bertema “Islam dan Sains”, Jumat (28/10) di Convention Hall Lantai 1 UIN Sunan Kalijaga. Hamdan mengatakan bahwa sains merupakan kata kunci untuk meraih peradaban. “Ini menjadi catatan, jika ilmu pengetahuan kuat maka umat Islam akan kuat, tapi ketika lemah maka akan lemah dalam peradaban dan perkembangan,” kata Hamdan.

Agung Fatwanto, Wakil Dekan I Fakultas Saintek, juga berpendapat bahwa umat Islam mengalami keterpurukan karena para ilmuwan muslim mulai meninggalkan tradisi eksperimental saintifik. Kajian eksperimental saintifik pertama kali dipelopori oleh Al-Hussain. Seorang ilmuwan muslim multitalenta yang mendirikan konsep pengembangan laboratorium. Laboratorium menjadi sebuah media para saintis memberikan kontribusi. “Tidak ada ilmu-ilmu empirik sekarang ini, yang dikembangkan tanpa adanya kontribusi dari laboratorium, semua berbasis laboratorium,” ujar Agung.

Menurutnya, saat ini merupakan masa yang penting untuk membangkitkan kembali semangat tradisi keilmuan. Pendidikan sains secara umum, memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat diperlukan untuk membangkitkan semangat berilmu secara eksperimental. “Kalau kita melakukan autokritik pendidikan yang selama ini berjalan di Indonesia, kurang membangkitkan minat terhadap rasa ingin tahu,” tutur Agung.

Bagi Agung, rasa ingin tahu ini merupakan basis dari berkembangnya model-model keilmuan eksperimental saintifik. Model pendidikan yang dapat membangkitkan rasa keingintahuan yang dilanjutkan dengan semangat keilmuan eksperimental saintifik tersebut, seharusnya menjadi tujuan dan penting dirumuskan oleh para saintis.

Adanya transformasi IAIN menjadi UIN merupakan lampu hijau kepada para akademisi di dunia muslim untuk melanjutkan kiprah ilmuwan yang dahulu sempat menjadi tulang punggung renaisans. Lalu bagaimana melanjutkan dan mengembangkan tradisi keilmuan eksperimental itu?

“Kita bisa memulai dengan membuat kajian atau penelitian yang aplikatif. Kemudian kita bisa menuju kearah eksperimental saintifik yang lebih spesifik, yang saat ini masih dikuasai oleh saintis barat,” jelas Agung.

Reporter: Alifah Amalia

Redaktur: Isma Swastiningrum