Lpmarena.com- Konversi Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) menjadi Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 2017 ini diikuti beberapa perubahan yang signifikan. Antara lain konsep acara PBAK yang tidak dibentuk oleh seksi acara dalam struktur kepanitiaan PBAK, melainkan keputusan final rektor dan perombakan struktur kepanitiaan yang didominasi oleh dosen.
Ditemui wartawan di depan gedung Multi Purpose atau gedung Prof. Amin Abdullah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta seusai membuka PBAK pada Kamis (24/8) pagi, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yudian Wahyudi Asmin menjelaskan penetapan sepihak konsep acara tersebut dilakukan atas dasar ketidakpercayaan pihaknya kepada pelaksana OPAK. Yudian menyatakan telah melihat rangkaian kegagalan OPAK di Indonesia sejak dulu. OPAK yang di-handle oleh Dewan Mahasiswa (Dema) Universitas, selalu terjadi kekerasan. Selain itu, mahasiswa baru juga digiring pada hal yang menyimpang dari tujuan akademik.
”Selama ini proses yang (sudah) ada itu kami tidak percaya. Karena banyak penyimpangan-penyimpangan,” terang Yudian. Ia juga menjelaskan ketidakamanan OPAK tahun lalu di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya.
Konsep acara tahun ini mahasiswa baru memulai kegiatan dengan salat dhuha di masjid kampus, dilanjutkan dengan ceramah wacana akademik, kemahasiswaan dan universitas oleh pejabat universitas pada hari pertama. Dilanjutkan wacana akademik, kemahasiswaan, fakultas dan prodi pada hari kedua oleh pejabat fakultas dan pejabat program studi. Kegiatan diakhiri dengan salat Asar berjamaah.
Menurut Yudian, hal tersebut merupakan bentuk dari gagasan hubungan spiritualitas, akademik, dan sosial politik. Menggantikan pengkaderan dalam OPAK selama ini. “Kami ingin menghilangkan itu,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Mahasiswa Unversitas Arta Wijaya membenarkan ketidakpercayaan universitas. Hal tersebut terlihat antara lain pada perombakan struktur kepanitiaan PBAK yang diambil alih oleh dosen. Namun Arta menilai, penilaian itu sepihak dan perlu dibuktikan. “Karena pembuktiannya itu seperti apa kita kan belum tahu,” jelas Arta yang juga ditemui seusai pembukaan PBAK.
Arta juga menilai, perubahan konsep acara tersebut bisa jadi disebabkan karena penolakan UKT yang dilakukan oleh mahasiswa baru pada OPAK tahun 2016. Menurutnya, karena UKT merupakan salah satu isu yang menggelisahkan birokrasi kampus.
Sebelumnya, pihak rektorat dan dema universitas sempat melakukan tiga kali audiensi dengan dua kali dead lock karena memperebutkan ruang strategis dalam struktur kepanitiaan PBAK.
Reporter: Sya’kirun Niam
Redaktur: Wulan