****
PERINGATAN: Artikel ini mengandung konten eksplisit yang dapat memicu trauma dan rasa tak nyaman bagi pembaca.
****
Korban tidak melaporkan kasus kekerasan seksual lantaran takut dipersulit di ujung studi. Dosen meminta mahasiswi mencari rekannya yang bisa dibayar untuk seranjang.
Lpmarena.com – Sore itu, hari hampir remang. Mirna memenuhi panggilan ke rumah dosen dengan tujuan mengambil draf skripsi yang akan diujiankan pada Selasa, 26 Oktober 2021.
Suasana di sekitar rumah yang berada di Wara, Desa Batu Merah Atas, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, itu sepi. Dosen itu, IL menyambutnya di dalam rumah dengan mengenakan celana pendek dan kaus singlet. Tak ada orang lain kecuali IL dan Mirna.
Mirna—bukan nama sebenarnya–sempat diminta melongok ke luar. Setelah tahu tak ada orang lalu-lalang, dosen itu memintanya menutup pintu. “Coba lihat, kalau tidak ada orang kunci pintu,” kata mahasiswi 23 tahun ini, mengulang ucapan IL–kepada Lintas, Kamis, 18 November lalu.
Bukan kali pertama mahasiswi angkatan 2017 itu diminta bertemu di rumah. Tiga kali datang sendiri, dan lainnya bersama temannya. Hari itu, menurut Mirna, dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (Uswah) berusia 33 tahun ini pun meminta dia duduk mendekat dan memandang ke arahnya.
“Tiba-tiba dia bilang beta menganga ke sini. Padahal dia kasih keluar kemaluannya,” tutur Mirna, terbata-bata. Ia semakin panik ketika IL memaksanya berhubungan badan. Dosen itu mendesaknya dengan mengatakan, “Mengerti Pak. Pak punya istri tidak ada, satu kali ini saja!”
Mirna menolak. Namun, ia berujar, IL justru memaksa supaya keduanya saling memegang kemaluan. Desakan mesum itu tak berhenti di situ. Pada tangan kiri, tepat di jari manis, terpasang cincin permata merah. Mata IL tiba-tiba tertuju ke benda itu.
Selanjutnya, IL meminta Mirna menyerahkan cincin tersebut. “Beta pikir untuk apa, padahal dia kasih masuk cincin itu di ujung kemaluan,” katanya. Setelah beraksi, IL mengembalikan cincin itu dengan menaruhnya langsung ke dalam tas atas perintah Mirna. “Terpaksa beta suruh dia isi dalam tas. Namanya katong punya cowok kasih, bagaimana mau buang?” ucap Mirna, lirih.
Usaha IL mendekati Mirna, mahasiswi yang wisuda pada 29 Desember lalu, duduk di semester tiga. Mirna baru intens berkomunikasi dengan IL ketika dosen itu menawarkan membantu menyelesaikan skripsi tersebut. Hingga skripsi rampung, Mirna merogoh kocek di atas Rp 3 juta kepada IL. Menurut Mirna, beberapa kali ia terhambat berkonsultasi dengan dosen pembimbing lantaran IL, kerap menunda memberikan draf proposal skripsi.
Urusan skripsi ini diduga menjadi pintu masuk buat IL mengajaknya bertemu di rumah serta berkonsultasi via aplikasi pesan media sosial. Saat itu IL diduga intens melancarkan ucapan bernada mesum dan mengirim gambar serta video berbau porno.
Mirna menunjukkan kiriman IL itu kepada Lintas. Dua gambar beradegan porno dikirim pada 6 Februari 2021 pukul 01.40 WIT. Diikuti teks di bawahnya. “Kasihan sudah lama Pak tidak merasakan begini.”
Mirna memprotes kiriman tersebut. Tapi dosen ini membalas bahwa pesan itu sekadar hiburan. Pada 21 September lalu pukul 22.40, Mirna menerima kiriman video sepanjang 13 detik dari akun yang sama. Isinya seorang pria bercelana pendek dalam posisi telentang di ranjang sembari memainkan alat kelaminnya. “Itu video dia sendiri, beta kenal dia punya tangan,” ujar Mirna.
Enam hari kemudian, datang lagi kiriman foto bergambar penis pada pukul 22.12. Dari pesan teks di Messenger ini, IL meminta Mirna tak marah dan merahasiakan isi percakapan tersebut.
“Antua bilang beta bisa jaga rahasia. Jadi dia kirim gambar seenaknya saja. Mungkin dia pikir beta perempuan gampangan,” tutur mahasiswi kelahiran 1998 ini, geram. Mirna mengaku tak nyaman dengan semua perilaku IL. Namun tak bisa berbuat banyak lantaran tersandera skripsi di tangan IL.
Mirna pernah membagi keresahan itu ke sejumlah teman. Cerita tentang IL lantas menyebar ke sejumlah mahasiswa, laki-laki dan perempuan. Salah satu rekannya mengaku pernah melihat tangkapan layar berisi pesan IL, yang meminta Mirna mengirim gambar tubuhnya.
“Dia pernah kasih tunjuk, dosen itu minta kirim gambar payudara,” ujar mahasiswa yang minta namanya tak dikutip Lintas, Jumat, 19 November lalu.
Cerita lain tentang perilaku IL datang dari Nani–juga bukan nama sebenarnya. Nani berkisah, ketika Mirna kembali dari rumah IL, dosen itu langsung mengirim video bernada cabul. “Kalau tidak salah, sampai sekarang dia masih simpan video dan percakapan IL,” ujar Nani. Dia mengaku sempat membaca pesan dari IL di ponsel Mirna yang berisi ajakan itu, kata Nani, IL justru menuduhnya dengan mengatakan, “Nanti dengan pacar kamong (kalian) bisa buka semua. Kalau dengan Pak tidak mau,” ucap Nani, menirukan pesan IL.
Sejumlah mahasiswa mengenal IL dosen genit. Obrolan di aplikasi Messenger itu diketahui banyak mahasiswa. Lintas menemui empat mahasiswi mengaku pernah mendapat kiriman pesan bernada mesum dari IL. Sebagian di antaranya enggan membeberkan isi percakapan sang dosen.
Dari pesan berisi ajakan pacaran hingga ditawarkan menikah. Misalnya, sebut saja Nuril, ia mengaku diminta IL menjadi istri kedua. Semenjak itu Nuril terus menghindar dengan memutar jalan saat berpapasan dengan IL. “Bagaimana, ya? Takut, malu, gitu lo,” kata dia, Selasa, 16 November lalu.
Selain itu, IL pun disebut mengajak tidur di indekos mahasiswa. Ajakan itu datang setelah ia tahu mahasiswi tersebut tinggal di kos sendiri. Ketika menolak ajaran IL, dosen tersebut justru menanyakan teman sekelasnya yang bisa disewa untuk seranjang.
“Ada teman-teman yang bisa bapak pakai?” tutur Nani, menirukan pesan IL. “Maklum, ini hujan. Jadi mengerti jua.” Mirna juga mendapat pesan serupa yang meminta mencarikan teman mahasiswi untuk dibayar sebagai teman tidur. Setelah mengaku tak punya teman seperti yang diinginkan IL, dosen itu justru menawarkan teman sekelasnya, yakni Umi.
IL–Mirna melanjutkan–meminta nomor ponsel Umi, bukan nama sebenarnya. Tapip Mirna tak memberikan nomor temannya itu. Setelah Lintas menelusuri cerita ini, Umi mengaku dua kali dihubungi IL dengan panggilan “sayang”.
“Kalau dia chat ‘sayang-sayang’, beta alihkan ke pembahasan persoalan tugas,” tutur Umi, Rabu, 17 November lalu. Dia mengaku IL juga meminta foto pribadinya, tapi ia tak menggubris.
Dari pengakuan Mirna, IL tak hanya mengajak berhubungan badan, mengirim gambar mesum, memamerkan kelamin, ia sekali waktu pernah meminta berhubungan mesra melalui panggilan telepon. Lintas sempat membaca ajakan itu di ponsel Mirna.
Belakangan, setelah kedok IL terbuka, sang dosen bertitel magister ini berdalih bahwa semua percakapan itu terjadi lantaran akun Facebook-nya diretas. Setelah dipanggil pihak jurusan November lalu, IL beralasan peretasan itu sudah enam bulan.
Berbeda dengan diakui IL kepada Mirna. Ia beralasan bahwa peretasan akun Messenger berlangsung sejak tiga bulan, terhitung dari November tahun lalu. Melalui pesan instan ke Mirna, IL mengaku peretasan terjadi ketika ponselnya diservis. “Ternyata selama 3 bulan Pak punya akun di-hack, Pak baru tahu tadi malam,” seperti dikutip pada tangkapan layar yang diterima Lintas, 21 November lalu.
Pada pesan berikutnya, IL mengancam akan melaporkan Mirna ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama jika semua percakapan bernada mesum itu tersebar. “Ini pencemaran nama baik,” kata IL, seperti dikutip dari potongan gambar itu.
Dimintai konfirmasi terkait obrolan bernada mesum serta kejadian di rumahnya, IL membantah. Ia menuduh mahasiswi tersebut salah paham. Kata dia, saat itu ia hendak tidur dengan istrinya, tak lama mahasiswa datang bekonsultasi terkait skripsi.
Ia keluar menemui mahasiswa dengan mengenakan kaus dan celana pendek–dan sempat merapikan celana di depan korban. “Mungkin dari situ dia berpikir seperti disebutkan itu (memainkan kelamin),” ucap IL, saat ditemui Lintas di gedung kuliah Fakultas Ushuluddin, Selasa, 7 Desember lalu.
Ia mengatakan bahwa ajakan menikah ke mahasiswi hanya candaan. “Tidak ada yang serius,” tutur IL. Sementara pesan berbau mesum, ia mengaku dikirim oleh orang yang meretas akun media sosialnya.
Suatu kali, IL meminta bertemu di kampus di Gedung Kembar pukul 10 malam dengan alasan membicarakan skripsi. Tapi ia menolak ajakan itu karena trauma dengan perilaku IL. Ia berniat melaporkan IL, tapi belakangan takut skripsi yang tengah disusun bakal mandek.
Salah satu teman pria Mirna di jurusan pun bersedia melaporkan kasus kekerasan seksual yang menyeret nama IL ini. Tapi niat itu dibatalkan Mirna karena takut urusan studinya dipersulit. Sejak itu Mirna memilih bungkam.
“Itu pelecehan, tapi beta diam saja,” ucap dia dengan kepala menunduk.
Tulisan asli dimuat dalam majalah “IAIN Ambon Rawan Pelecehen” Edisi II Januari 2022 oleh Idris Boufakar, Yolanda Agne, Taufik Rumadaul, Ihsan Reliubun. LPM Arena menerbitkan ulang liputan khusus ini atas seizin pihak redaksi LPM Lintas sebagai bentuk solidaritas atas pembungkaman dan tindak represi terhadap pers mahasiswa. LPM ARENA tidak akan menarik laporan ini sampai Rektor IAIN Ambon mencabut Keputusan Rektor IAIN Ambon Nomor 92 Tahun 2022 tentang Pembekuan LPM Lintas IAIN Ambon.
Ilustrasi Bisma Aly Hakim (LPM ARENA)