Ketika usia sudah sedemikian dewasa dan matang apa yang harus dilakukan, diperbaiki, dan dijaga?. Sampai di usia yang ketiga puluh tujuh, apa kabar ARENA?
37 tahun ARENA hadir menemani mahasiswa dan kampus. ARENA seolah olah meminjam istilah Eep Saefulloh Fatah menjadi mitos sekaligus realitas. ARENA menjadi mitos atas bentuk heroisme perlawanan mahasiswa IAIN saat orde baru dan menjadi realitas karena ARENA ada diantara kita dengan segala kekurangan dan kelebihanya, sampai kini.
Pada mulanya media ini-ARENA- memang digagas oleh para dedengkot aktivis kampus. Tak pelak isinya lantang dan berani menerjang apapun. Kancah pemikiran alternative dipilih sebagi semboyan, menahbiskan diri untuk selalu setia di garis rakyat. Seringkali diganjar dengan berbagai perlakuan tak mampu membuat jera untuk selalu hadir menyapa pembaca.
Pada perjalanannya ARENA mengalami perubahan. Evolusi itupun terjadi. Evolusi di mulai dari periodisitas penerbitan bahkan sampai format atupun bentuk produk ARENA. Majalah yang awalnya bernama Majalah Bulanan Mahasiswa (MBM), terbit tiap bulan menjadi dua bulan sekali. Bahkan pernah sepuluh bulan sekali, hingga saat ini majalah terbit setiap periode kepengurusan sekali. Lahir pula adik baru bernama SLiLiT ARENA, disusul adik kecil dipenghujung 2009 yang masih sangat imut dan belia, website ARENA yang bernama lpmarena.com.
Banyak pihak yang mengeluh atas terbitan ARENA sekarang terutama SLiLiT, entah dinilai tidak berimbang, tidak berisi, hanya kritik melulu, bahkan ada yang mengatakan sama sekali tidak bermutu. Semua itu wajar dikatakan dan memang perlu untuk dikatakan bahkan disumpah serapahkan untuk ARENA saat ini sebagai refleksi bahwa perjuangan ARENA masih panjang, jalan masih terjal, sebuah proses itu akan terus menerus ada dan dialektika itu akan terus menerus terjadi untuk menemukan apa yang disebut ARENA, dari kultur, wacana bahkan sampai turun ke produk.
Setelah sekian lama edisi khusus ulang tahun ARENA menghilang, entah dalam SLiLiT ataupun majalah. Di awal 2012 ini redaksi kembali menyajikan edisi khusus milad ARENA. Bukan untuk narsis karena tidak ada yang bisa dinarsiskan, ataupun beromantisme karena itu hanya sejarah yang ditulis oleh para pendahulu ARENA. SLiLiT edisi ini adalah refleksi untuk Kita. Saya menyebut Kita bukan Kami, karena saya tidak ingin menandakan sesuatu yang eksklusif. ARENA dilahirkan untuk dimiliki bersama, menjadi arena untuk siapa saja,semoga semangat ini tetap terjaga walaupun sepertinya kondisi saat ini tidak semanis dahulu. Refleksi ini untuk Kita para Crew ARENA, mahasiswa UIN, birokrat kampus dan semua yang membaca tulisan ini. Refleksi di usia sedewasa ini banyak hal yang masih harus terus menerus dibenahi dan dijaga untuk esok yang lebih baik.
Selanjutnya, selamat membaca untuk edisi milad perdana setelah sekian lama ARENA tidak narsis dengan kelahiranya. ARENA tidak akan berarti apa apa tanpa awak yang tetap setia bertahan dan berdialektika di ARENA, para pembaca, orang-orang yang mau diajak berdialog bersama, partisipasi dan dukungan semua pihak, ARENA tidak akan hadir sampai di usia yang ke 37 tahun ini. Semoga edisi awal tahun ini akan menjadi langkah baru ARENA menatap esok.[Redaksi].