Home - Lentera dalam Remang

Lentera dalam Remang

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

 

Aku Haus

Ku ketuk pintu ilmu dengan membaca

Kutemukan cakrawala dunia

Luas terbentang melebihi samudera

Sungguh begitu luas tak terkira

Dalamnya tak terukur

Luas, luas dan begitu luas terbentang

Tak bisa dilihat hanya sekali pandang

Ilmu, ilmu, ilmu aku haus ilmu

 

Seribu kali kumeneguknya

Tetap saja dahaga kurasa

Harus berapa gelas kuteguk

Harus berapa ember kutimba

Sungguh masih saja tak tak terasa.

[Novi]

 

 

Jeritan Malu di Pucuk Hati

Wahai para Koruptor !!!!

Aku tahu Engkau tidak tuli

Tapi engkau hanya sengaja menulikan diri

Aku tahu engkau tidak buta

Tapi engkau hanya sengaja membutakan hati

Ditengah hiruk pikuk tangisan jiwa kami

Kau berhasil menenangkan hati kami

Dengan mulut manis bak madu murni

Aku tahu aku hanya bocah kemarin

Bocah ingusan yang tak tahu apa-apa tentang negeri ini

Bocah kampung yang mencoba bermetamorfosis

Menjadi orang dewasa penuh harapan

Sedih sungguh merasa sedih

Kecewa sungguh benar – benar kecewa

Kau hianati amanat kami

Wahai tikus-tikus negeri

 

Untuk para perampas ketenangan jiwa

Untuk jiwa-jiwa penghianat negeri

Adakah engkau punya rasa malu kepada Tuhanmu dan negeri ini?

Kalau kau tak punya rasa malu, berbuatlah sesukamu

Sungguh Tuhan tidak buta

Tuhan juga tidak tuli

Dia tahu apa yang kau perbuat

 

Sungguh kejamnya dirimu, Wahai para koruptor !!!!

Merampas kebahagiaan kami

Merampas hak kami

Kemana hati nuranimu , Wahai anak bangsa ?

 

Lidah kami sudah kelu

Hati kami sudah terluka

Luka yang belum sempat mengering

Kau tambahkan lagi dengan luka yang baru

Sungguh perih menguras tangisan hati.

[Novi]

 

 

Lentera dalam Remang

Dinding hati kian runtuh

sebab meratap menjadi tragedi

aku lelah terus mengoyak takdir

hingga bahasa berupa air mata

menjadi gerimis melegenda

melumpuhkan pelupuk mata

tangan terus bertengadah dihadapan sajadah

detak jam menyanyi dalam sunyi

entahlah…

 

nafas yg seperti apa yang harus ku hirup

agar tak semakin mendilema,

TUHAN, meski temaram ku butuhkan lentera

Menyapa dalam malam yang remang.

[Ichus]