Home SASTRAPUISI Surat untuk Tuhan yang Sedang Menari: Puisi-Puisi Fauzi

Surat untuk Tuhan yang Sedang Menari: Puisi-Puisi Fauzi

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Putih namun Gelap

wajah lesu dibalik jendela
tetap tenggelam
menyapu angin malam

tak dihiraukannya air hujan
ditutupkannya sinar rembulan

hanya duduk berdua
dengan kesunyian

berputar, menular, berakar
distorsi ruang/waktu

menari tanpa kenal
berlayar tanpa kapal
bertindak tanpa akal

apa aku
siapa dia
mengapa kita
bagaimana kalian
di mana mereka

hanya ada satu tanpa titik

Harta Warisan

iman hanya seharga kertas dan pena
berisi luka pada setiap goresannya

berjalan beriring doa orang tua
berlari menghadap diri yang mendua

relief di wajah palsu
diukir oleh tangan pendahulu

airnya sekeruh money
hitam terang dengan hiasan warna-warni

Dalam Telinga

Anjing, tolol, bangsat

Semua kata berbentuk pujian
Suaranya terdengar bising

Namun maknanya tidak pula demikian

Ada yang berjalan
dengan kaki terikat

Ada pula yang menikam
diri setiap hari

Tapi apalah tubuh
bila tidak bisa menghendaki

Semua vibrasi kasar
terdengar indah

Meski:
Tiada daya untuknya didengar baik

Meski:
Tidak pula dianggap-Nya benar

Tapi bunyi tetaplah bunyi
meski diulang seribu kali

Surat untuk Tuhan yang Sedang Menari

hari indah ditutup dengan “?”
berdiam dan terpana
pada sela-sela imaji

di rongga diri

seakan berkata:

“pergilah dan taati”

ungkapan dan tafsiran terus berpindah tangan
atas nama Tuhan yang saling menunjuk

terpaku pada rasa yang disangka abadi
namun lupa bagaimana cara menjadi diri

apakah aku
berselimutkan teka-teki
kaku dan sudah tak segar lagi

Tempurung Kelapa

Waktu.
Apa yang kau nanti?

Ruang.
Apa yang kau cari?

Kelopak.
Apa yang indah?

Langit.
Siapa yang kau duduki?

Tubuh.
Sudah lah kau diam saja!

Kata Hantu

langkah kaki di atas kepala menginjak
batu-batu kecil sambil menyapa
sesuatu yang tidak ada

diurai-nya luka demi luka
jari demi jari
hingga tak ada lagi arti

semu hanya kata
diam yang hakiki

menghirup asap penderitan
berisi nyanyian, pujian, sholawatan, angan, kematian

kematian

kematian.

Fauzi pengangguran lahiran 2003 yang menjalani hidup dengan tenang dan sering mengklaim diri sebagai Filsuf Magang. Sehari-hari diisi dengan part time menjadi penggembala di ARENA

Ilustrator Bisma Aly Hakim | Editor Selo Rasyd Suyudi