Oleh: Widad HU*
Pada Malam Kemenangan
upeti buat Sherly
di jalanan yang sunyi
aku lihat daun berterbangan
oleh angin malam yang berhembus tak karuan
aku lihat anjing anjing jalanan berjalan jalan ke sana ke mari tanpa tujuan
setibanya aku di jalan kesunyian
tak sanggup aku seorang prajurit bertempur di dalam hutan
setibanya aku di jalan kesunyian
tak sanggup aku melantunkan ode-ode kemenangan
kan ku petik setangkai bunga revolusi
yang diselimuti abu sisa ledakan
selagi kita berjalan menyusuri hutan
dengan para gerilyawan
bernyanyi menari hingga tertawa melawan ketertindasan
…
di jalanan yang sunyi
aku lihat kunang kunang bergelimang menghiasi perjalanan panjang para revolusioner
yang menjaga nyala api sebatang obor perlawanan
serupa anak anak merdeka yang berdiri, bernyanyi dan berkarya bersama kemanusiaan
setibanya aku di jalan kesunyian
tak sanggup aku menahan jeri tangisan perampasan
setibanya aku di jalan kesunyian
tak sanggup aku menantikan kemenangan
kan ku petik setangkai bunga revolusi
yang ku selipkan pada sela sela telingamu yang lembut serupa selendang Bunda Maria
kan ku tarik perlahan bara juang dari selinting ganja yang ku hempaskan pada lubang-lubang hidungmu yang indah
…
kita rayakan kemenangan itu,
kita rayakan kemenangan itu,
bersama nyala api perlawanan
bersama malam penghabisan
dengan tarian
dengan nyala api
dengan nyanyian kemenangan
–
Purworejo, 8 Februari 2022
Aku Ingin Mandi
semburat mentari
yang hampir redup
burung perkutut
ayam kukuruyuk
bisu menanti mati
aku yang luput
melubangi mimpi mimpi
aku yang luput
gosok gigi pagi hari
aku dilumat sepi
begitu tak berarti
hilang arah
macam sapi perah
pasrah menghadapi
eksploitasi tanpa henti
kemuakanku itu pasti
ia menjadi jadi
menumpuk di relung hati—
menghantam tirani
aku ingin mandi
menjadi para sufi
menikam iblis
melenyapkan fasis
–
Jogja, 2023
Siapa yang Mencuri Roti Kami?
aku berjalan dengan seonggok roti
dengan terik matahari
yang menusuk pori-pori
sebelum sampai pada tujuan, Aku terkejut
rotiku tiba-tiba mengkerut
ahh, Aku lupa menaruhkan ragi
seperti halnya tanah air saat ini
budaya mati tercekik tali
anak-anak sibuk menari bersama gawainya
dan senja di barat kota
nun tak tahu rimbanya
di tengah perjalananku siang ini
spontan mataku menilik ke atas
melihat langit biru sirna akan pencemaran
o, Aku dimana?
…
lantas apa yang perlu kita lakukan untuk menjaga roti, budaya, dan senja
agar tetap syahdu untuk dinikmati?
hai Bung-Nona semua..
aku sepakat sebuah perkembangan tentu melahirkan banyak manfaat
banyak hal yang perlu kita teguhkan
memelihara lingkungan misalnya;
untuk anak-anak yang lahir
esok hari atau lusa nanti
pegang erat etika pada kodrat—
kodrat yang ada
hingga bumi telah usai
dan sampailah kita pada puncak bumi ini
–
Jogja, 2021
Memorabilia
upeti buat kawan, kekasih, dan keluarga
saat begitu kuat
kuat begitu hebat
hebat begitu merambat
merambat begitu cepat
cepat begitu dekat
dekat begitu erat
erat begitu lekat
lekat begitu hangat
beribu ampun dan beribu pula kasihku ini;
atas waktu—
energi—
semangat—
tenaga—
sentuhan—
pelukan—
lan kehangatan; sebab aku mencintai semua tanpa ampun!
sampai berjumpa kembali di ledakan yang paling sunyi
–
Jogja, September 2022
*lahir dan tumbuh di wisata debu Cileung(sick), Bogor. sedari kecil melayani warung nasi padang, dan kini menjadi tukang masak paruh waktu di kedai kopi | Ilustrator Bisma Aly Hakim