Pengejaran atas demonstran berlanjut kewilayah paling dalam gedung kampus UIN Suka Yogyakarta. Polisi mengejar siapa saja yang diduga terlibat aksi demo. Beberapa orang yang tertangkap mengalami luka di bagian tubuh akibat dihajar polisi.
Senin (19/3), bentrokan antara demonstran yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) dengan aparat keamanan tidak bisa dihindari. Hal ini berawal dari penyerangan polisi terhadap demonstran ketika para demonstran ingin membakar replika patung babi dan foto SBY. Dengan menggunakan gas air mata, polisi menyemprot demonstran hingga mahasiswa mundur ke dalam kampus. Aksi demonstrasi yang dilakukan di pertigaan jalan Adi Sucipto berlanjut hingga ke wilayah kampus UIN Sunan Kalijaga. Mahasiswa dipaksa mundur oleh polisi karena dianggap sudah mengganggu keamanan pengguna jalan.
Saat aksi masuk ke dalam wilayah kampus, tepatnya pukul 12:48 WIB, demonstran balik menyerang polisi dan memaksa mundur polisi kembali ke pertigaan. Aksi lempar batu antara polisi dengan demonstran pun berlangsung. Setelah polisi kembali ke pertigaan jalan, demonstran meminta polisi menghentikan penyerangan demonstran dan menarik satuan kepolisian untuk mundur, agar aksi demo berjalan dengan tertib dan terhindar dari bentrok. Seperti yang diungkapkan oleh Yayan, koordinator lapangan (korlap) aksi, “Kami tidak ingin terjadi bentrok dengan aparat kepolisian. Kami tidak akan menyerang jika polisi tidak menyerang terlebih dahulu. Kami hanya menuntut membatalkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan turunkan rezim SBY-Budiyono.”
Usaha untuk membuat mundur aparat kepolisian dari pertigaan UIN gagal, sehingga bentrokan kembali terjadi. Yayan, selaku Korlap pun ditarik paksa oleh kepolisian, digiring ke mobil dan dibawa oleh polisi. Sebelum dibawa, Yayan berkali-kali mengajak polisi untuk berdamai dan menghentikan pengejaran demonstran, namun polisi tetap melawan dan melakukan pengejaran.
Beberapa saat kemudian, dua lapis barisan polisi yang baru datang. Bergabung dengan lapisan yang pertama, polisi mengejar demonstran ke dalam wilayah kampus lagi. Kali ini pengejaran dilakukan lebih masuk ke dalam wilayah kampus, hingga ke gedung fakultas Dakwah, ushuludin, bahkan ke perpustakaan. Beberapa demonstran tertangkap dan dipukul oleh polisi hingga berdarah. Bahkan ada mahasiswa yang diketahui mengalami patah kaki, langsung digiring polisi. Tidak diketahui dengan pasti apakah yang ditangkap oleh polisi itu adalah demonstran atau mahasiswa biasa. Beberapa orang yang tertangkap berteriak bahwa dirinya bukan pendemonstran. Salah satu orang melaporkan bahwa ada mahasiswa UIN yang tengah di kantin fakultas Dakwah dan tidak terlibat aksi demonstrasi, juga ditangkap oleh poliisi.
Pukul 14:10 WIB, pengejaran polisi dihentikan setelah terjadi kesepakatan antara perwakilan masa aksi dan polisi. Polisi bersedia menarik pasukan ke luar kampus, sementara demonstran menghentikan aksi demo, serta tidak kembali ke pertigaan jalan. Setelah bentrok dengan polisi berakhir, diketahui sekitar sembilan orang ditangkap oleh kepolisian. Sementara itu, Khalid ketua DEMA (Dewan Eksekutif Mahasiswa) UIN mengatakan bahwa mereka akan segera menetukan langkah selanjutnya untuk menindak lanjuti aksi demonstrasi kali ini. “Pertama, kita akan mengeluarkan aktivis yang tertangkap oleh polisi. Kalau bisa jangan sampai mereka bermalam di kantor polisi. Kita juga akan melakukan konferensi pers dan menempuh jalur politik”, ujar khalid saat diskusi antar masa aksi dilakukan beberapa saat kemudian.
Aksi Tuntut Batalkan Kenaikan BBM
Aksi kali ini menindak lanjuti aksi yang telah dilakukan beberapa saat lalu. Dengan tema yang sama, yaitu menuntuk membatalkan kenaikan harga BBM dan listrik yang rencananya akan terealisasikan per tanggal satu April 2012. Demonstran tergabung dalam ARM yang terdiri beberapa aliansi organisasi pergertakan mahasiwsa maupun aktivis umum, seperti: MAHAPALA, SEBUMI, REPDEM, TRI TURA, SETAM, PC PMII DIY, EKSPRESI, LM NASDEM,IKPN SUM-SEL, LMND, PRD, FORUM BEM DIY, ARGA TIRTA, PEMBEBASAN, PEREMPUAN MAHARDIKA, KPL, PPRM, MAWAR MERAH, dan TIDAR.
Sambil menggiring patung babi bertuliskan ‘SiBabiYono’, demonstran bergerak menuju pertigaan UIN Suka. Mereka menuntut pemerintah agar membatalkan pencabutan subsidi BBM , membatalkan kenaikan BBM, dan menurunkan rezim SBY-Budiyono. Menurut para demonstran, pemerintah tidak semestinya menaikan harga BBM, karena pasti akan membuat rakyat Indonesia tambah menderita. pemerintah beralasan bahwa terpaksa menghentikan subsidi BBM, karena anggaran yang jumlahnya Rp 45 Triliun dianggap sudah terlalu membebankan dana APBN.
Demonstran menganggap bahwa permasalahan ini sebetulnya bisa diatasi dengan,: (1) moratorium pembayaran utang luar negeri, (2) moratarium fasilitas pejabat dinas, (3) menyerukan gaya hidup sederhana di kalangan pejabat. Jika kenaikan BBM tidak dapat dihindari oleh pemerintah, demonstran menggugat bahwa rezim SBY-Budiyono harus diturunkan. “SBY telah gagal mengurusi sumber daya minyak Indonesia, sehingga dipaksa harus mengikuti harga minyak internasional”, teriak salah satu orasi dari perwakilan LM (Liga Mahasiswa) NASDEM.[Januardi]