Selasa (20/3), Forum Mahasiswa Yogyakarta (FMY) menggelar aksi damai untuk menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Aksi ini dimulai dari Tugu Yogyakarta sampai jalan Abu Bakar Ali. Mereka menuntut pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM yang rencananya akan diberlakukan bulan April mendatang. Aksi teatrikal ini dilakukan dengan menuntun sepeda motor sebagai wujud menolak kenaikan harga BBM. Aksi mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus di Yogyakarta ini berlangsung damai tanpa anarkis.
Dalam aksinya, mereka menuntut kepada pemerintah untuk segera me-nasionalisasi aset Negara. Chevron, Exxon Mobil, Freeport, merupakan sekian dari banyak perusahaan minyak, tambang, dan emas yang telah diambil untuk asing. Indonesia hanya mendapatkan setetes dari sekian banyak korporasi tersebut. Jika Indonesia mampu dan mau untuk merebutnya, maka Indonesia sebenarnya bisa hidup makmur tanpa campur tangan dari jejaring gurita korporasi yang masuk ke wilayah Indonesia.
Izzul, salah satu mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta mengatakan, saat ini, pemerintah dan perusahaan asing tersebut bermitra dengan baik untuk menindas rakyat. Keberadaan banyaknya sumber daya alam hanya mengakibatkan rakyat menjadi korban atas keserakahan para pemangku kebijakan atau elit politik di negeri ini yang berkolaborasi dengan para kapitalis, baik dalam maupun luar negeri.
Sebenarnya sudah bukan menjadi rahasia bahwa kepemilikan sumber daya minyak yang besar bukan lagi milik rakyat negeri ini. Sebab dari ujung barat sampai ujung timur sumber daya minyak Indonesia telah dikuasai oleh perusahaan milik asing (Chevron, Exxon Mobil, Total E&P Indonesie, dll). Penguasaan yang cukup besar ini tentu saja mempengaruhi besaran pengurasan minyak di negeri ini. Hal ini juga telah jelas dinyatakan oleh pemerintah lewat BP Migas. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) menyatakan, tingkat pengurasan cadangan minyak utama dunia ada di Negara Arab Saudi dan Libya. Dalam data BP Migas Indonesia yang memiliki cadangan 4 milyar barel telah memproduksikan minyak rata-rata 1 juta barel per hari. Artinya reserve to production ratio Indonesia hanya 4 Milyar. Tetapi cadangan minyak Indonesia 8 kali lebih cepat habis dari dua negara tersebut, yang memiliki cadangan minyak terbesar. Sayangnya meski Indonesia memiliki laju pengurasan minyak yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara penghasil minyak dunia, ternyata pengurasan ini lebih banyak dilakukan perusahaan-perusahaan asing. Sementara itu, PT Pertamina (Persero), perusahaan BUMN minyak dan gas terbesar, belum bisa menjadi motor minyak nasional.
Penarikan subsidi BBM sebetulnya tindakan yang tidak masuk akal dan tidak logis dilakukan oleh pemerintah. Sebab, beban subsidi BBM dalam APBN masih cukup kecil bila dibandingkan dengan beban APBN dalam membayar utang pokok dan bunga hutang yang ditanggung oleh pemerintah. Dalam APBN 2011 saja pemerintah harus membayar angsuran pokok dan bunga hutang sebesar Rp. 267, 509 triliun. Dari sini saja dapat dilihat bahwa uang rakyat habis terkuras hanya untuk membayar angsuran pokok dan bunga hutang, yang sesungguhnya tidak pernah dinikmati oleh rakyat Indonesia. Tahun ini saja jumlah hutang Indonesia (kumulatif) diperkirakan mencapai Rp. 1.937 triliun. Artinya, setiap warga negara Indonesia akan memikul beban sekitar Rp 8 juta.
Atas dasar dan kondisi realitas diatas, FMY memberikan pernyataan sikap. Mereka menuntut untuk me-nasionalisasi aset perusahaan asing yang mengolah semua sumber daya alam di negeri ini, menarik semua regulasi (Undang-Undang) yang telah jelas-jelas melanggar konstitusi dan merugikan rakyat Indonesia, dan menaikkan semua anggaran subsidi bagi rakyat (Subsidi BBM, kesehatan, pendidikan dll) serta menolak dicabutnya subsidi bagi rakyat (Subsidi BBM, kesehatan, pendidikan, dll).
Dalam aksinya, Ronald, selaku koordinator lapangan (Korlap) mengatakan, jika Indonesia mampu merebut kekuasaan asing, maka sebenarnya Indonesia bisa hidup sejahtera. “Kita mempunyai kekayaan alam yang melimpah. Indonesia mempunyai minyak yang begitu besar. Dengan menasionalisasi aset, maka harga BBM tak perlu naik karena kekayaan alam itu kita kuasai dan kita nikmati bersama untuk kesejahteraan rakyat,” ujarnya saat ia menyampaikan orasinya.[Anik Susiyani]