Home BERITAKABAR KAMPUSBilik Kampus Membongkar Proyek Khilafah Hizbuttahrir Indonesia

Membongkar Proyek Khilafah Hizbuttahrir Indonesia

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Tawaran sistem khilafah oleh Hizbuttahrir Indonesia (HTI) sebagai jalan keluar permasalahan bangsa, menuai polemik.

Proyek Khilafah ala Hizbuttahrir di bongkar di teathrikal fakultas Adab dan Budaya,Sabtu (14/4/12). Tema yang cukup provokatif tersebut merupakan tema acara bedah buku BEM Fakultas Adab dan Budaya UIN Suka . Bedah buku ini dihadiri oleh Dr. Ainur Rofiq al-Amin (penulis buku), KH. Ir. M. Shiddiq al-Jawi (DPP HTI DIY), dan Dr. Zuly Qodir (peneliti PSPG UGM).

Acara tersebut berlangsung seru lantaran terjadi adu argumen antara ketiga pembicara, terutama antara penulis buku dan perwakilan HTI DIY. Buku tersebut memaparkan bahwa HTI merupakan penghayal besar yang memimpikan terwujudnya negara Islam di Indonesia, yang menurut hemat penulis buku tersebut, hal ini mustahil terjadi.

Shiddiq al-Jawi beragumen bahwa banyak kesalahan dalam penulisan buku tersebut. Ada tiga aspek kesalahan, yaitu terjadi ketidak sesuaian antara judul dan isinya, buku ditulis dengan gegabah dan penuh dengan ketidak telitian, serta terjadi cacat metodologis dalam penulisannya. “Kritik saya tentang buku ini saya beri judul ‘kegagalan Disertasi upaya membongkar proyek Khilafah ala HTI’, sehingga sangat disayangkan jika dengan disertasi seperti ini, penulis buku dapat diluluskan dari pendidikan Doktornya”, ungkap Shiddiq.

Ainur Rofiq, selaku penulis buku membela dirinya dengan berargument bahwa memang banyak sekali yang mesti dikoreksi dari buku tersebut. bahkan dirinya sendiri menemukan empat puluh aspek yang mesti dikoreksi. Kendati demikian, Rofiq tetap kukuh pada tulisannya. Dia membalas komentar Shiddiq al-Jawi , “saya rasa wajar saja seseorang yang belum menempuh pendidikan Doktor untuk berkata demikian”.

Sedangkan Dr. Zuly Qodir berusaha membaca keberadaan Hizbuttahrir di Indonesia dari segi sosial-politik. Menurutnya, keberadaan HTI di Indonesia merupakan bagian dari keberagaman sistem perpolitikan Indonesia. “Di Indonesia, ada ruang politik. Jadi wajar saja HTI ada, dan itu sah-sah saja terjadi”, tutur Zuly Qodir yang juga mantan partisipan HTI.

Para peserta pun antusias dengan perdebatan para pembicara. Setiap kali pembicara menuturkan argumennya, sering diikuti dengan tepuk tangan seisi ruangan. Ruangan yang penuh sesak tersebut seolah terbawa dengan hegemoni yang masing-masing pembicara. Salah seorang peserta berkomentar, “Suasana sudah mulai tampak panas ini”. [Januardi].