Front Mahasiswa Yogyakarta (FMY) menggelar aksi damai dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei 2012. Mereka berasal dari berbagai mahasiswa di beberapa Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Dalam aksinya, mereka menggelar long march dari kampus Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa (UST) sampai ke Universitas Sanata Dharma dan Universitas Atma Jaya, Mrican Yogyakarta.
Pendidikan seharusnya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1, yaitu setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Namun sampai saat ini pendidikan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya yang mempunyai banyak uang. Hal ini yang menyebabkan orang-orang miskin tak mampu mengenyam pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi.
Mahalnya biaya pendidikan disebabkan oleh munculnya komersialisasi ataupun liberalisasi dalam pendidikan. Pendidikan ibarat sebuah barang yang diperjualbelikan. Pendidikan adalah alat akumulasi modal dan sumber pencairan laba tertinggi. Hal ini menjadi tidak sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar. Berdasarkan konstitusi tersebut, pemerintah wajib menjamin seluruh rakyat untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang status dan tidak adanya diskriminasi dalam pendidikan.
Hal tersebut yang menjadi refleksi bersama dari kawan-kawan mahasiswa yang ikut dalam aksi tersebut. Sudah saatnya model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat Indonesia diciptakan. Hal ini merupakan upaya membangun blok intelektual moral yang memungkinkan kemajuan intelektual massa demi terciptanya kelompok terdidik yang secara sadar dan bertanggungjawab menyediakan diri, untuk merumuskan secara sistematis jalan keluar bagi ketertindasan rakyat. Oleh karena itu, pendidikan murah untuk seluruh rakyat Indonesia adalah harga mati yang harus diwujudkan.
Dengan semangat hari pendidikan nasional, Front Mahasiswa Yogyakarta menuntut pendidikan murah untuk rakyat, tolak liberalisasi/ komersialisasi pendidikan, hapus kebijakan yang menindas peserta didik, tolak RUU Perguruan Tinggi, dan tolak privatisasi pendidikan.
Seperti yang dikatakan oleh Miko, selaku korlap dalam aksi tersebut, ia mengatakan, pendidikan harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. “Pendidikan murah untuk seluruh rakyat Indonesia adalah harga mati yang harus diwujudkan,” ujarnya saat menyampaikan orasinya. [Anik Susiyani]