Home BERITAKABAR JOGJA Panen Raya di Tengah Konflik

Panen Raya di Tengah Konflik

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Kulon Progo, LPM ARENA – Kamis, 3 juni 2012 masyarakat pesisir pantai Kulonprogo menyelenggarakan acara panen raya yang diselenggarakan di ladang pesisir desa Garungan, Panjatan Kab.Kulon Progo. Acara dimulai sekitar pukul 10.00 WIB hingga sore hari. Dengan partisipasi warga pesisir pantai dan sekitarnya acara yang diselenggarakan oleh paguyuban Petani Pesisir Pantai-Kulon Progo (PPLP-KP) ini berlangsung cukup meriah.

Tema yang diangkat adalah “Menanam Budaya Kita, Bertani Atau Mati”. Turut hadir pula Prabu Aji Kusumo keturunan ketujuh dari kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain itu juga turut berpartisipasi beberapa perwakilan dari berbagai elemen masyarakat seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Gerakan Rakyat Anti Tambang (GRANAT), Akademisi, Mahasiswa, dan organisasi kemasyarakan (Ormas) dari beberapa daerah seperti Purworejo dan Blora yang fokus pada kasus sengketa tanah.

Di tengah panasnya konflik dan ketidakpastian nasib, petani pesisir pantai Kulon Progo seolah menyatakan bahwasanya mereka bisa hidup sendiri tanpa harus menjadi karyawan Perusahaan tambang besi. Dari data yang dipaparkan oleh pihak  PPLP selaku penyelenggara acara, panen raya cabe kali ini memiliki omzet sekitar 8-9 ton/hari dari tiap desa dengan harga kisaran Rp 15.000/kg sehingga diperkirakan uang yang beredar dalam kisaran 130 juta dalam sekali panen.

Ajikusumo menuturkan bahwa bertani selain sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah termasuk unsur dari budaya dan filosofi orang jawa. “Orang mengaku sebagi masyarakat jawa kalau tidak mengakui pertanian berarti bukan orang jawa,” tutur pria gondrong yang telah mengawal sengketa ini sejak tahun ’84 tersebut. [Jamal]