Home - Masjid UIN, Terapkan Sistem Terawih Dua Kloter

Masjid UIN, Terapkan Sistem Terawih Dua Kloter

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

LPMARENA.com Perayaan bulan Ramadhan ditandai dengan polesan-polesan serba religius. Salah satunya adalah merebaknya jamaah terawih di masjid-masjid. Yogyakarta sebagian besar muslimnya adalah warga Muhammadiyah, kita akan mudah sekali kita menemukan masjid yang terawihnya 8  rekaat dengan dua salam. Dan ditambah lagi 3 rekaat witir.

Namun, kita mungkin akan kesulitan menemukan masjid yang jumlah terawihnya 20 rekaat, dan 3 witir. Kecuali memang di masjid-masjid lingkungan warga Nahdlatul Ulama (NU). Kondisi ini akan menjadi persoalan terhadap para pendatang. Terutama mereka yang sebelumnya bergumul dilingkungan NU.

Sebagaimana dirasakan oleh Amelia Mas’ud (18). Ia kebingunang saat ikut terawih di masjid Gowok, Sleman. “Bingung! kok beda dengan tempat Amel dikampung. Biasanya 20 rekaat” tutur cewek asal Bekasi ini.

Bagi masyarakat yang mempunyai pengalaman mirip dengan Amel, jangan kawatir. Di Masjid UIN Sunan Kalijaga kita akan menemukan “yang beda” dalam melakukan sholat terawihnya. Dengan paradigma intergrasi-interkoneksi, masjid UIN menggunakan sistem dua kloter dalam memberikan keleluasan bagi jamaah terawih.

Artinya, jamaah bebas memilih antara 8 rekaat dan 20 rekaat untuk terawihnya. Untuk kloter pertama imam akan melaksanakan terawih dan witir 11 rekaat. Setelah itu, bagi jamaah muhammadiyah bisa pulang. Namun bagi warga non-Muhammadiyah atau NU bisa meneruskan 12 rekaat lagi dengan imam yang berbeda.

Model seperti sangat membantu untuk saling menghargai diantara keyakinan jamaah yang berbeda-beda. Nor Aris Soim (24), berpendapat bahwa model ini sangat demokratis, saling toleran dan tidak menyalahkan satu sama lain. “kita bisa bersandingan, tidak memihak salah satu” pungkas mahasiswa asal Bojonegoro ini. [Taufiq]