Home - Mitos Persatukan Pemuda

Mitos Persatukan Pemuda

by lpm_arena
http://maipura.wordpress.com/2010/10/28/soempah-pemoeda/
Print Friendly, PDF & Email
http://maipura.wordpress.com/2010/10/28/soempah-pemoeda/

http://maipura.wordpress.com/2010/10/28/soempah-pemoeda/

Dalam rangka merayakan hari sumpah pemuda 1928, Lawan (Lembaga Analisis Wacana Keislaman dan Nasionalisme) menggelar Dialog kebangsaan pada Ahad, 28/10. Acara yang bertemakan “Menghimpun Yang Tercerai (Tekat pemuda Indonesia menuju yang bersatu dalam kebhinekaan)” ini bertempat di aula masjid al-Huda, Gedong Kuning.

Sebagai narasumber, hadir M. Jadul Maula, wakil ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama’ DIY, KH. Abdul Muhaimin, ketua Forum Persaudaraan Umat Beriman, dan Ahmad Salehudin, MA, dosen fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga.

Dalam forum ini dibahas tentang sumpah pemuda yang menurut kang Jadul, panggilan akrab M. Jadul Maula, telah kehilangan daya rekatnya. Hal ini terjadi sejak era reformasi. Karena menurut penuturan kang Jadul, pemuda yang hidup sebelum era itu mampu melebur kesukuan dan etnisitasnya dalam satu kesatuan. Akan tetapi kemudian leberalisasi ekonomi dan politik serta amandemen UUD membuat sumpah pemuda tidak memiliki kekuatan apa-apa. Oleh karena itu, masih menurut penuturan kang jadul, zaman ini bukan zaman reformasi, tetapi zaman deformasi.

“Kita perlu mencari akar spirit bhineka tunggal ika,” tutur kang Jadul memberikan solusi dari persoalan yang ada.

Sedangkan KH. Abdul Muhaimin membidik peristiwa sumpah pemuda dari kaca mata agama. K. Muhaimin, sapaan akrab KH. Abdul Muhaimin, menyampaikan bahwa dalam al-Qur’an, pemuda yang tangguh, hebat, dan produktif diwakili oleh kata al-fataa. Sedangkan kisah-kisah heroik kepemudaan, dalam al-Qur’an tergambar lewat kisah nabi Musa serta nabi Ibrahim.

Berbeda dengan kedua narasumber di atas, Ahmad Salehudin, MA menawarkan penciptaan mitos persatuan dalam keanekaragaman sebagai solusi dari semua persoalan kepemudaan. Jika pada waktu perjuangan memperebutkan kemerdekaan mitos tentang lahirnya Negara Indonesia telah mampu membakar semangat para pejuang, maka dengan penuh optimisme, Salehudin menyampaikan bahwa menggagas mitos tentang persatuan kaum muda yang diliputi keanekaragaman juga dapat memotori persatuan kaum muda. “Sebab bagi saya, mitos adalah khayalan yang nyata,” kata Salehudin, mempertegas. [Noer Hasanatul Hafshaniyah]