Home - Pascasarjana Gelar Seminar dan Bedah Buku

Pascasarjana Gelar Seminar dan Bedah Buku

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan Seminar dan Bedah Buku The Cresent  Arises Over  The Bayan Tree: A Study of  The Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, C. 1910-2010 karya Mitsuo Nakamura di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (14/11/12). Acara yang berlangsung pukul 13.30 hingga 15.30 tersebut menghadirkan Mitsuo Nakamura selaku penulis buku sebagai pembicara.  Acara tersebut juga dihadiri tiga pembedah yaitu Abdul Munir Mulkhan selaku mantan pengurus PP Muhammadiyah, Mark Woodward, dosen Arizona State University & peneliti CRCS UGM serta M. Jadul Maula seorang pemikir muda NU & Editor LKiS.

Dalam pidatonya, Mitsuo Nakamura mengungkapkan beberapa latar belakang ketertarikannya terhadap orang Indonesia serta pengalamannya meneliti Muhammadiyah dengan pendekatan antropologi. Ia tidak membahas secara mendalam isi bukunya karena buku tersebut ketebalannya mencapai ratusan halaman sehingga dikhawatirkan akan memakan waktu yang lama.

Acara tersebut mendapat sambutan yang positif dari para peserta seminar. Terbukti dengan hampir penuhnya kuota kursi peserta dan ramainya beberapa pertanyaan yang diajukan peserta dalam sesi pertanyaan.

Beberapa peserta juga menyampaikan apresiasinya terhadap acara tersebut. Seperti yang dituturkan Sudarsono yang merasa mendapat informasi baru setelah mengikuti acara tersebut. “ya bagus acara tersebut. Jadi tambah informasi baru bagi diri saya. Sebelumnya saya tahunya tentang Muhammadiyah ya sekilas-sekilas saja dan hanya itu-itu saja, ternyata organisasi tersebut juga memiliki kompleksitas dan keragaman seiring berjalannya waktu,” tuturnya.

Tanggapan berbeda datang dari Fatih Kurniawan yang merasa kesulitan memahami ucapan Mark Woodward. “Acaranya si bagus, cuman ada salah satu pembedah yang kuurang saya pahami perkataannya karena ucapannya kurang jelas. Mungkin karena dia orang USA dan belum bisa sefasih orang Indonesia,” Ungkapnya.

[Muhammad Setiawan]