Home BERITAKABAR JOGJA Ketika Memilih Hidup Sebatang Kara

Ketika Memilih Hidup Sebatang Kara

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Peliknya perekonomian Indonesia membawa dampak buruk  dan kesengsaraan bagi masyarakat Indonesia khususnya anak-anak Sang penerus bangsa.  Bagus, bocah umur 11 tahun asal Banyumas kini tinggal seorang diri di sekitar Benteng Vanderburg Yogyakarta tanpa ada sanak saudara satupun.

Berawal dari kenekatannya untuk kabur dari rumahnya yang sebelumnya ia tinggal hanya dengan neneknya saja. Ibunya kerja menjadi TKW di Arab Saudi dan ayahnya kerja di Jakarta, keadaan ini menjadikannya harus tinggal sendirian dengan neneknya yang sudah cukup lanjut usia. “Ya aku masak nasi sendiri kalau mau makan, lauknya minta saudara atau tetangga, kalau gak dapet ya makan nasi aja” ungkap bagus dengan polosnya.

Perubahan perekonomian makin terpuruk dikala ayahnya yang sepulangnya dari Jakarta menderita sakit demam akut sehingga berujung pada kematian, tidak lama kemudian ibunya pun jatuh sakit akibat ginjalnya dan kematianpun ikut menghampirinya. Di situasi terpuruknya, Bagus yang masih belia itu mencoba peruntungan dengan nekat naik kereta dari stasiun Banyumas tanpa membawa uang sepeserpun dan status sebagai penumpang resmi, bahkan ia pun tak tau kemana kereta itu akan membawanya.”Kalau ada petugasnya aku sembunyi di kamar mandi” ungkap Bagus.

Stasiun Tugu Yogyakartalah dimana ia turun. Terasa asing tempat ini baginya tapi ia memutuskan untuk menjalani hidupnya di tempat ini. Tubuhnya yang mungil membuat orang-orang iba dengannya, sehingga pertolongan makanan  dan pakaian datang untuknya. Ketika malam ia tidur di dekat pohon dekat Benteng Vandergburg, namun tak jarang ketika ada acara di sekitar benteng ia diusir oleh para satpam. “ Kalau aku diusir, aku keluar ntar kalau udah gak ada satpam aku masuk lagi” ungkap bagus.

“Saya kurang tau juga dengan anak yang bernama bagus karena di sekitar Malioboro, Alun-alun, dan Benteng banyak anak-anak yang tak jelas asal-muasalnya berkeliaran. Kalau siang mereka bermain, dan jika malam datang mereka mencari tempat untuk beristirahat, biasanya di depan peron took-toko atau di sekitar benteng” ungkap Nurdin polisi yang sering berjaga di pos polisi Bank Indonesia dekat dengan Benteng Vanderburg.

“ Memang banyak anak-anak yang berkeliaran di sini, tapi biasanya dari Dinas Sosial menangkap mereka untuk direlokasikan ke penampungan anak-anak jalanan sehingga mereka mendapatkan perlindungan dan pendidikan. Sayangnya Dinas Sosial sangat jarang berpatroli.” Ungkap ponijan tukang becak yang mangkal di sekitar Benteng Vanderburg. [Vira]