Home - Menjadi Guru Profesional

Menjadi Guru Profesional

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka)  menyelenggarakan kuliah umum pada hari Rabu, 27 Februari 2013 di gedung Convention Hall UIN Suka.

Kuliah umum yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa PGMI dari seluruh angkatan itu berlangsung dari pukul 09:00 hingga 12:00 WIB dengan tema “Karakter, Modal dasar membangun Guru Pendidikan Dasar Profesional”.

Eva Latipah M,SI selaku wakil Ketua prodi PGMI, sekaligus sebagai pembawa acara kuliah umum kemarin menuturkan bahwa tema tersebut diangkat sesuai dengan target pemerintah untuk mencetak guru profesional dan mensosialisasikan pendidikan karakter.

Kuliah umum yang dibuka oleh Kepala prodi PGMI, Dr. Istiningsih M.Pd itu dihadiri oleh mahasiswa dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan pembicara Wuntat Wawan Sembodo, S.Ag.

Wuntat memberikan pandangan baru terhadap para calon guru Madrasah Ibtidaiyah bahwa inti dari pendidikan sesungguhnya adalah mendidik semangat. Sehingga guru dituntut untuk selalu bersemangat di dalam kelas, apalagi saat menyampaikan materi pembelajaran.

“Sebenarnya inti dari pendidikan itu sederhana, yaitu mendidik semangat,” Ungkap Wuntat.

Ia juga mengatakan bahwa untuk menjadi guru MI yang profesional harus mampu bercerita di dalam kelas kepada anak didiknya. Karena bercerita sebagai media pembelajaran memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai kontak batin antara pendidik dengan anak didik. Dampak positifnya guru mendapat perhatian dari anak didiknya.

Selain itu, dengan cerita guru dapat mendidik imajinasi atau fantasi anak. Ilmu jiwa sepakat bahwa pada masa anak-anak berimajinasi dan berfantasi adalah sebuah proses kejiwaan yang sangat penting. “Yang perlu jadi batasan dalam bercerita ini adalah jangan bercerita tentang hal-hal yang bersifat menakutkan (horror), porno, kekerasan dan cerita lain yang tidak cocok didengar oleh anak-anak,” tambah Wuntat.

Sementara, lanjutnya tidak ada manusia (red: siswa) yang bodoh. Dan tidak salah jika guru sangat berperan penting dalam mencerdaskan anak bangsa.“Tidak ada manusia yang bodoh, yang ada hanya manusia yang belum bertemu dengan guru yang bisa memintarkannya”. Jelas Wuntat. [Ulfatul Fikriyah]

Editor: Taufiqurrahman