Home BERITAKABAR KAMPUS Memotret Feminisme Lewat Cerpen

Memotret Feminisme Lewat Cerpen

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Sisi kehidupan perempuan dan fenomenanya menjadi sesuatu yang menarik di perbincangkan. Hal itulah yang menjadi tema sentral dari kumpulan cerpen “Kabin Pateh” karya Weni Suryandari yang dibedah pada Sabtu (27/04/13) di Teatrikal Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Suka.

Acara bedah buku tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Rudal dan BEM-J Sejarah Kebudayaan Islam, fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Sebagai pemantik, dihadirkan tiga pembicara, Weni Suryandari, penulis buku Kabin Pateh. Sunlie Thomas Alexander, cerpenis Nasional. dan Inayah Rohmaniyah seorang aktivis perempuan.

Inayah mengatakan bahwa secara tidak langsung kumpulan cerpen “Kabin Pateh” adalah salah satu karya sastra dengan semangat feminisme yang mencoba mendobrak struktur dan adat adat istiadat dengan latar cerita Madura. Kumpuan cerpen itu dipandang sebagai sebuah upaya Weni untuk menuliskan sejarah. “Perempuan juga menulis sejarah tapi tidak terdengar, sejarah sering kali ditulis oleh laki-laki dengan perspektif laki-laki,” Ungkapnya.

Ia menambahkan, dalam Kabin Pateh masih ada semacam Ambivalensi. Satu sisi karya itu merepresentasikan agensi perempuan, power, dan kesadaran gender. Tapi disisi lain melanggengkan bias dan diskriminasi berbasis gender seperti yang terdapat dalam cerpen berjudul “BAU”. “Endingnya juga selalu pesimistik, penyesalan, kematian, pembunuhan, dan dendam,” tambahnya.

Sementara itu, Sunlie Thomas Alexander mengatakan bahwa Weni sudah melakukan tugas kesastrawanan dengan baik karena memang tugas sastra hanya memberi pertanyaan bukan solusi. Hanya saja tema yang di angkat terlalu umum. Karya yang sesungguhnya ingin mengungkapkan bagaimana perempuan Madura justru tak ada ke khas-an Madura di dalamnya karena kejadian-kejadian dalam cerita bisa saja terjadi di luar Madura.

Sementara Weni, penulis “Kabin Pateh” ketika di wawancarai di sela-sela acara mengatakan sangat surprise bisa hadir ke UIN Suka dalam rangka bedah buku yang ditulisnya. Perempuan kelahiran Karang Duak, Madura yang kini telah menetap dan mengajar di Bogor itu mengatakan ingin membuka cakrawala kehidupan perempuan kepada masyarakat dengan buku “Kabin Pateh”.

“Buku Kabin Pateh ingin bercerita tentang perempuan dan segala kehidupannya, baik ketika ia tertindas atau menindas dengan, cerpen berjudul kabin Pateh yang dijadikan judul buku adalah cerpen yang bercerita tentang perjodohan yang menimbulkan efek tidak bahagia bagi si perempuan karena perjodohan itu hanya sebagai balas budi pada keluarga si lelaki” ” terang Weni. [Nurul Ilmi]

Editor: Taufiqurrahman