Home BERITAKABAR JOGJA Sampah Visual Kotori Ruang Publik

Sampah Visual Kotori Ruang Publik

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

Ruang publik selayaknya menjadi ruang nyaman bagi masyarakat, namun nyatanya ruang publik malah menjadi ladang sampah visual dari berbagai merek produk barang dan jasa maupun reklame pertai politik.

Keberadaan ruang publik yang seharusnya menjadi milik masyarakat sekarang ini kualitasnya semakin menurun, hal ini ditandai dengan maraknya ruang publik yang diprivatisasi oleh para pengusaha dan partai politik (parpol). Kondisi tersebut masih diperparah dengan hadirnya mural (lukisan tembok) yang marak menghiasi dinding dan bangunan heritage di tengah-tengah kota.

Ruang publik meliputi ruang terbuka hijau, taman kota, dan trotoar sekarang ini selalu dipenuhi dengan berbagai sampah visual, baik  dari merek produk barang dan jasa maupun dari reklame parpol.

Maraknya sampah visual di ruang publik ditengarai akibat beberapa hal, diantaranya: belum adanya masterplan dari pemerintah terkait dengan iklan luar ruang, menjamurnya biro iklan dan maraknya tukang pasang iklan. Disamping itu, belum rampunya perda reklame, serta apatisme penegak hukum dan masyarakat terhadap sampah visual juga memberikan pengaruh.

Berbagai problem diatas terungkap saat diskusi yang dilaksanakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Journal (LPM Journal) Stimik Amikom Yogyakarta di Basement Gedung Unit V Stimik Amikom, Jum’at (17/05).

Adapun tema dari diskusi tersebut yakni “Diskusi Jum’at dan Aksi Reresik Sampah Visual”, dengan pembicara Sumbo Tinarbuko, dosan di salah satu univesitas di Yogyakarta, dan Aditya Arya.

Dalam kesempatan tersebut Sumbo, panggilan akrab Sumbo Tinarbuko membenarkan berbagai problem ruang publik yang ada. “Permasyalahan ruang publik yakni mengenai keberadaan sampah visual, bagaimana menjamurnya sampah visual yang menempel di tiang-tiang listrik, tiang telepon, tiang penerangan jalan, dan batang pohon di samping jalan. Padahal seharusnya tempat-tempat tersebut steril dari berbagai macam sampah visual”, jelasnya saat diskusi sedang berlangsung.

Menurutnya, hal yang pertama kali harus dilakukan untuk menanggulangi permasyalahan ini yakni dengan memberikan kesadaran moral kepada masyarakat. “Menumbuhkan kesadaran moral sangat penting. Disini yang saya maksud bukan moral secara agama maupun sosial, namun moral dalam hal sampah visual”. Sambungnya kemudian saat menjawab pertanyaan dari salah satu peserta.

Aditya Arya selaku pembicara juga menekankan bahwa apa yang mereka serukan bukan hanya ajakan moral saja, namun juga dalam bentuk aksi dengan terjun langsung ke lapangan untuk membersihkan berbagai sampah visual yang ada. “Kami tidak hanya ngomong saja, namun kami juga langsung terjun aksi ke lapangan untuk membersihakan berbagai sampah yang ada di jalan”, ungkapnya. (Usman Hadi)

Editor : Folly Akbar