Bias gender masih terjadi di dunia Pesantren. Ada 35 kitab yang sering diajarkan pesantren, dan semuanya bias gender. Dimana pembahasan tentang perempuan dituliskan secara normative, sehingga sering kali memarjinalkan wanita. Padahal untuk mehaminya diperlukan perspektif historis.
Hal tersebut disampaikan oleh Ema Marhumah dalam diskusi bulanan PSW (Pusat Study Wanita) UIN Sunan Kalijaga, Rabu(22/5/13). Diskusi yang dimuali pukul 10.00 WIB tersebut mengangkat tema “Konstruksi Gender dilingkungan Sosial Pesantren”. Tidak kurang dari 30 peserta menghadiri diskusi tersebut.
Ema menambahkan jika sosialisasi atau pengajian kitab yang membahas kewanitaan hanya diberikan kepada santri wanita. ”Padahal yang laki-laki juga perlu tahu, supaya saling memahami”ujarnya
Ema juga mengatakan pentingnya pemahaman gender di lingkungan pesantren mengingat pesantren sebagai produksi orang-orang yang berkarya akan di masyarakat. “Meskipun sulit, tapi ini harus dilakukan.” Imbuhnya.(Anisatul Ummah)
Editor : Folly Akbar