Siapa yang Berani Meraung di Tengah Gelap?
Oleh : Surya Wijayanti*)
Gelap bukan karena malam, tapi karena kacamata hitam
Sunyipun bukan karena sepi, tapi karena ironi tragedi
Kenapa tak kau lepas kacamata itu?
Biar nampak cahaya di pelupuk matamu
Bukan hanya cahaya lilin yang menyala di terik siang
Bahkan kunang-kunang yang tak mampu terbang di padang ilalang
Tapi gelap, seakan kau tak melihat bagaimana ganasnya serigala itu mengoyak ribuan domba yang merumput di padang rumput gersang yang penuh dengan kerikil-kerikil tajam
Mereka sekarat, tapi apa yang bisa diperbuat?
Jangankan meraung untuk menghujat, untuk mengeluh “Ah!” saja mereka tak dapat
Jangan kau seperti anjing-anjing yang bergerombol di pojokan tong sampah, menggonggong tak tentu arah
Lemparkan saja tulang sebatang, tak akan lagi mereka menantang
Jangankan menjadi galak, mereka akan jinak dan tak akan pernah menyalak
Sunyi dalam kepekikan hati kecil yang meronta-ronta dalam kegelapan
Suara yang merongrong tertahan di ujung tenggorokan terkunci dalam ruang-ruang kehampaan
Siapa yang berani meraung di tengah gelap?
Menantang serigala-serigala yang kalap
Membuka tabir dalam onggokan-onggokan sampah yang biadab
Berdiri dengan gagah di atas atap, bersiap dan mantap
Bangkit, rapatkan barisan dengan erat, demi kehidupan yang bermartabat
Kaliurang, 18 Mei 2013
23.30
*)Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Fisika 2011