Home - Akses Baca Masyarakat Belum Memuaskan

Akses Baca Masyarakat Belum Memuaskan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

TBM dan perpustakaan keliling menjadi salah satu tombak dalam upaya mencerdaskan bangsa.

 

Berbagai persoalan masih menyelimuti TBM dan perpustakaan keliling.

lpmarena.com, “Kalau kita mau mengelola TMB itu, biasanya yang biasa muncul ada lima persoalan. Pertama, pendanaan. Kedua, penambahan koleksi. Ketiga, mencari tenaga pengelola. Keempat, cara mendatangkan orang untuk meminjam buku ke tempat kita. Kelima, regenerasi,” demikian tutur Sidik Pratama mengemukakan berbagai persoalan yang seringkali muncul dalam mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) pada Selasa (11/6).

Dalam pemaparannya pada Workshop yang mengangkat tema “Strategi Mengelola Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Sarana Kegiatan Masyarakat”, Sidik tidak membahas permasalahan pertama karena hal itu tergantung pada kekuatan ekonomi masing-masing pengelola TBM. Tapi pihaknya langsung mengulas satu-persatu masalah selanjutnya yang kerap kali muncul.

Untuk mengatasi persoalan kedua, ketua Forum TBM Sleman itu biasanya memanfaatkan buku-buku bekas yang masih baik kualitasnya dan dijual di pasaran dengan harga yang sangat murah. Tak hanya itu, pihaknya juga tak segan mengajukan proposal permohonan bantuan buku ke penerbit-penerbit.

Sedangkan untuk persoalan ketiga, Sidik mengakui hal ini memang tidak mudah untuk dicari jalan keluarnya. Pasalnya, pengelola TBM kebanyakan pasangan suami istri saja, tanpa dibantu oleh pihak lain. Oleh karena itu, kepada para audien yang memenuhi ruang teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, pihaknya meminta kesediaannya untuk membantu pengelolaan TBM di tempat masing-masing.

Dia juga mengakui bahwa sulitnya mencari pihak yang bersedia untuk turut mengelola TBM ini karena tidak ada jaminan bagi kesejahteraan pengelola TBM hingga hari ini, khusunya dari pemerintah.

“Kalau orang sulit datang kepada kita, kita datangi mereka,” tuturnya menjelaskan solusi yang biasa ditempuhnya untuk mengatasi persoalan keempat. Pihaknya biasa mengunjungi perkumpulan-perkumpulan yang ada di masyarakat untuk menawarkan koleksi buku di TMB-nya.

“Kalau ada arisan, tahlilan, saya biasa datang ke sana, bawa 20 buku untuk ditawarkan ke bapak-bapak dan ibu-ibu di sana,” tuturnya. Sedangkan untuk persoalan terakhir pihaknya tidak memberikan penjelasan apapun.

Bersama Agung Nugroho, ketua Forum Perpustakaan Keliling DIY yang juga hadir sebagai pembicara pada kesempatan tersebut,  pihaknya juga menghimbau agar koleksi TBM ataupun perpustakaan keliling harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“TBM tidak boleh jauh dari kehidupan masyarakat sekitar,” ungkap Sidik

“Pendirian TBM bisa melihat potensi lokal masyarakat,” imbuh Agung yang juga mengelola perpustakaan keliling Adil ini.

Keduanya mengakui bahwa mengelola TBM dan perpustakaan keliling merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat. Jika hal itu tidak dilakukan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan kerja keras, tanpa mengharapkan imbalan dan bantuan dari pihak manapun, maka TBM dan perpustakaan keliling tidak akan pernah ada. [Noer Hasanatul Hafshaniyah]

Editor : Folly Akbar