Home - Setelah Hari Keenam, Apa Lagi?

Setelah Hari Keenam, Apa Lagi?

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

dari kiri: Faisal Kamandobat, Kuswaidi Syafi'ie dan Ahmad Nurullah dalam acara Diskusi dan Bedah Buku. Mereka memperbincangkan buku kumpulan puisi "Setelah Hari Keenam."

lpmarena.com, Sabtu (15/6). Ruang teatrikal Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga menjadi tempat penyelenggaraan diskusi dan bedah buku kumpulan puisi “Setelah Hari Keenam”. Acara tersebut terselenggara atas kerjasama JBS (Jualan Buku Sastra), Penerbit Akar, Komunitas Lesehan Sastra KUTUB dan LPM Humaniush Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam.

Sebagai pembicara, hadir Ahmad Nurullah, penulis Buku, Faisal Kamandobat, Penyair sekaligus mahasiswa Antropologi UI, serta Kuswaidi Syafi’ie, penyair yang juga pengasuh PP. Maulana Rumi, Sewon, Bantul. Acara ini diikuti oleh peserta dari beberapa LPM Se-UIN Sunan Kalijaga dan mahasiswa lainnya. Ketertarikan untuk mengikuti acara tersebut nampak dari jumlah audience yang memenuhi ruangan.

Acara bedah buku yang mempertanyakan tentang apa yang Tuhan lakukan setelah enam hari penciptaan bumi dan alam semesta itu, dibuka dengan pembacaan dua puisi utama yang ada dalam kumpulan puisi itu. Ruanganpun mulai riuh dengan tepuk tangan peserta.

Dari hasil pembedahan, banyak paparan dan masukan soal isi buku. Menurut Faisal Kamandobat, buku tersebut layak untuk dibaca dan dibahas. Selain itu, penulis  dinilai mampu meresepsi lingkungan seperti pendidikan, alam dan lain-lain tanpa menunjukkannya dengan model pamflet politik.

“Buku ini mampu menarik mitologi religius ke bentuk  puisi. Contohnya yang berjudul Adam dan Hawa. Buku ini membawa kita mengenang hal-hal religi yang disajikan dalam bentuk puisi,” tutur Kuswaidi Syafi’ie memaparkan penilaiannya terhadap buku itu.

“Kita tahu kalau puisi sekarang banyak yang bernada perasaan hati. Namun bukan berarti buku ini menentang. Cuma kita harus berpikir lebih dari itu,” jelas penulis memaparkan perbedaan kumpulan puisinya dengan buku kumpulan puisi yang ada. Karena menurutnya saat ini puisi tentang perasaan hati sangat menjamur di Indonesia. [Mugiarjo]

Editor: Noer Hasanatul Hafshaniyah