Home - Budaya Baca yang Lemah Jadi Tantangan bagi Para Pustakawan

Budaya Baca yang Lemah Jadi Tantangan bagi Para Pustakawan

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

 

Diskusi

lpmarena.com, Salah satu cara untuk mencerdaskan bangsa adalah dengan menggalakkan budaya membaca. Di Indonesia, budaya baca sangat rendah dibandingkan dengan budaya baca di Negara-Negara lain, seperti di Amerika Serikat (AS).
“Di AS pada tahun 60-an pemerintah telah memberikan sebuah penghargaan kepada pustakawan yang mampu memberikan terobosan baru dalam peningkatan budaya baca,” ujar Marwati, Dosen Ilmu Perpustakaan dalam diskusi publik yang diadakan Asosiation Library of Universitas Student (ALUS) di Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga pada Sabtu (15/6).
“Perpustakaan adalah belongs to you all (milik kalian semua, red.). Jadi perpustakaan itu  dapat dimanfaatkan dan diakses oleh semua kalangan, baik mahasiswa, pelajar, masyarakat. Bahkan anak-anak pun juga dapat memanfaatkannya,” imbuh Marwati.
Di dunia yang serba modern ini terdapat tantangan bagi para pustakawan dalam peningkatan budaya baca pada jenjang anak-anak. Tantangan itu di antaranya, anak lebih mementingkan menonton disney channel, bermain game, bermain HP, bermain laptop, menonton Korean-POP dan lain-lain.
“Anak kecil sudah jago bermain game. Ini adalah salah satu tantangan untuk kita,” paparnya.
Maryati menambahkan, perpustakaan dapat digemari anak-anak ketika perpustakaan itu menarik, sesuai dengan kebutuhan, serta terdapat layanan khusus. Di antara layanan khusus itu seperti terdapat free internet acces (akses internet gratis, red.), game dengan pengawasan dari pustakawan, layanan khusus bagi para difabel, layanan akhir pekan di perpus. Selain itu pihak guru harus mengusahakan memberikan tugas mencari informasi di perpustakaan kepada para murid sesering mungkin.
“Dalam hal menarik pengunjung hal yang pertama harus dilakukan yaitu  para pustakawan harus mampu menciptakan suasana ruangan perpustakaan yang nyaman, aman, dan menarik,” ujar Gandes, pustakawan BPAD  Yogyakarta yang hadir menyajikan materi pada acara diskusi itu.
“Penataan ruang, pemilihan warna interior, pencahayaan, juga furtnitur sangat penting diperhatikan dalam penciptaan perpustakaan yang nyaman,” imbuh Gandes.
Dia menambahkan, selain itu, hal yang harus diperhatikan yaitu terkait dengan fasilitas, baik koleksi buku, ruang baca, ruang bermain, ruang audio visual, teknologi, AC, alat musik, dan ruang pendukung lainnya.[Dedik dan Uniks]
Editor: Noer Hasanatul Hafshaniyah