lpmarena.com, Para seniman dan penyair Malioboro yang menamakan dirinya dengan Community of Malioboro (Koma) menyelenggarakan Festival Budaya Ruwahan Apeman Malioboro. Acara yang berlangsung selama empat hari ini, yaitu Rabu (3/7) hingga Sabtu (6/7) merupakan Festival Budaya Ruwahan Apeman Malioboro yang keempat.
Pembukaan Festival budaya seluruh nusantara ini dilangsungkan di halaman kepatihan pada Rabu malam (3/7). Acara pembukaan secara seremonial dibuka oleh Festival Budaya Djamboel, seniman Lukis yang pada kesempatan yang sama juga menampilkan dagelan bersama Sang istri. “Dari Malioboro untuk Indonesia” merupakan tema yang diusung pada acara kali ini.
Sesuai dengan tema yang diusung pada Festival ini, tari-tarian daerah, musik band, aksi lukis mural serta berbagai workshop kebudayaan merupakan rangkaian acara Festival yang dua kali lebih lama dari festival-festival sebelumnya itu. Di antara berbagai workshop tersebut yaitu workshop boneka kertas, permainan layang-layang, permainan wayang suket, tattoo, dan lain-lain.
Bahkan sebelum acara pembukaan semalam dilangsungkan, telah diadakan seni instalasi dari berbagai daerah di Indonesia yang terpajang di sepanjang kawasan Malioboro. “Kami anak jalanan. Kami cuma minta ruang, waktu untuk berkreasi, berkarya. Karena banyak juga seniman Malioboro ini yang jadi, seperti Rendra (WS. Rendra, red.),” tutur Lutfi, bendahara acara festival yang juga merangkap berbagai posisi di lapangan, saat ditanya tentang tujuan penyelenggaraan festival ini.
Selain itu, pihaknya juga menuturkan keresahannya melihat kesenian di Malioboro yang kian meredup. Bahkan kegiatan berkesenian, menurutnya, telah tergusur oleh kegiatan perdagangan yang sangat subur di kawasan ini.
Lutfi juga menuturkan bahwa agenda ini terlaksana tanpa bantuan dana dari pemerintah setempat, seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan terlambatnya pengajuan proposal pelaksanaan acara.
Namun dia mengakui pula bahwa bantuan non dana tetap ada dari pihak pemerintah. Seperti pinjaman jenset dan izin menggunakan tempat tanpa dipungut biaya.
Selain disuguhi berbagai kesenian nusantara, para penonton juga dapat menikmati kue Apem secara geratis yang dibuat langsung di gerbang masuk kepatihan. Kue Apem yang masih hangat dan beraroma sedap tersebut dapat segera dinikmati sebanyak yang diinginkan. [Noer Hasanatul Hafshaniyah]