Di beberapa fakultas, panitia OPAK mewajibkan buku berjudul “The Power of Reading” dibeli maba.
lpmarena.com, Ada yang berbeda dari pelaksanaan OPAK tahun ini. Tidak hanya memenuhi aksesoris, mahasiswa baru (Maba) juga diwajibkan untuk membeli dan meresensi Buku āThe Power of Readingā yang ditulis Ngainun Naim seharga 25 ribu. Hal tersebut terjadi di Fakultas Tarbiyah dan Syariāah, adapun di Fakultas Adab hanya dianjurkan saja.
Kebijakan ini dikeluhkan oleh Fajri, maba jurusan Jinayah Syiyasah. āSaya hanya mahasiswa baru, diwajibkan untuk membeli buku, saya nurut aja dari pada ribet ya beli aja, soalnya takut dihukumā, ungkap Fajri.
Hal yang sama juga diungkapkan Ajeng, maba jurusan Keuanga Islam. Ia mengaku tidak akan beli buku tersebut apabila tidak diwajibkan. āSaya beli buku itu karena wajib, terus tugas buat resensi, kalo gak ngerjain tugasnya saya ya dihukumā, tuturnya sambil tersenyum malu.
Meskipun di Adab tidak diwajibkan membeli, penugasan resensi yang diperintahkan panitia pada akhirnya membuat maba terpaksa membeli buku tersebut. Seperti yang diakui Agus, maba jurusan Sejatah Kebudayaan Islam. āAgak abu-abu, Ā kata panitia waktu TM wajib beli, tapi hari pertama opak katanya gak beli gak papa, tapi harus ngerjain resensi bukunya dan dikumpulkan hari kedua dan ketiga. Sebenarnya agak keberatan, soalnya gak saya bacaā, tuturnya lantas tertawa.
Menanggapi hal tersebut, Ahkmad Patah selaku PD III Fakultas Adab dan Ilmu Budaya mengatakan bahwa buku yang dujual panitia menyalahi aturan, hal tersebut tidak dibenarkan. āKita tidak tahu bukunya seperti apa, terkait hal ini diluar tanggung jawab institusi. Semestinya ke depan tidak perlu ada buku tandingan, karena itu harus dilakukan komunikasi antara pimpinan dengan perwakilan mahasiswaā, tuturnya.
Hal yang sedikit berbeda diutarakan Noorhaidi Hasan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. Ia mengaku bahwa buku tersebut Ā menarik untuk dibaca karena menumbuhkan minat membaca bagi mahasiswa, tapi ia mempertanyakan status wajib beli tersebut.
āMenurut saya buku ini bisa sampai pada mahasiswa baru patut diapresiasi, untuk memperkaya wawasan mereka dan memberikan keterampilan, kemampuan, dalam membaca sehingga ketika belajar lebih mudah. Tetapi dosen gak tau kalo diwajibkan itu gimana alasannya? Kenapa diwajibkan gitu? Sehingga diberikan kebebasan kepada siapa yang mau memilki buku ini ya beliā, ungkapnya.
Sementara itu Sabaruddin, PD III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan mengaku tidak mau ikut campur mengenai penjualan buku tersebut. Ia hanya menyarankan sebaiknya meresensi buku buatan UIN. āBuku yang di resensi sebaiknya buku yang ditulis oleh orang UIN sendiri. Pertama akan mengangkat orang UIN, kedua mahasiswa juga banyak mengenal bahwa ternyata ada potensi dosen di UIN yang menulis bukuā, ujarnya mengusulkan.
Sampai berita ini diturunkan, ketua panitia OPAK belum bisa ditemui dengan alasan sibuk.(Faridatul Khusna)
Editor : Folly Akbar