Lpmarena.com, Kamis (14/11), Ikatan Jurnal Pendidikan Islam (JPI) menggelar bedah jurnal dengan tema “Deradikalisasi Pendidikan Islam”. Acara ini berlangsung di ruang pertemuan lantai 1 fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga pukul 09.00-11.30 WIB.
Acara yang dibuka oleh ketua JPI, Imam Machali, menghadirkan anggota JPI lain yaitu, Irwan Masduqi alumnus Al-Azhar Mesir dan Edi Safitri, peneliti Lanskap sebagai pembicara. Hadir sebagai moderator, Zainal Arifin.
Acara bedah jurnal ini bertujuan mengungkap faktor-faktor yang membuat seseorang berfikir radikal dan ekstrimisme serta langkah-langkah untuk mengurai pemikiran tersebut pada peserta didik. Sehingga mahasiswa bisa menerapkan pendidikan yang bermanfaat, baik dan benar ketika nanti menjadi seorang pendidik.
Menurut Irwan Masduqi, beberapa faktor yang mempengaruhi radikalisasi antara lain, guru yang menyampaikan pelajaran secara taqlid, tidak mau menerima organisasi lain, pembelajaran yang tekstual, pengaruh realitas politik global, tidak mau berkembang dan fundementalisme negatif. Dengan seperti itu guru pendidik Islam ikut berperan kepada siswa untuk menjadi radikal ataupun moderat.
Lebih lanjut Irwan Masduqi menjelaskan, langkah-langkah mengurangi radikalisasi yaitu dengan mahasiswa perlu reformasi (membaca ulang dan kritis), membangun pemikiran yang berkembang, rasionalisme, membangun dunia toleran, saling berinteraksi dengan yang lain, mentarget untuk membaca kitab-kitab toleran, dan menanamkan nilai rendah hati.
Dalam penelitian Edi Safitri, radikalisasi bisa masuk di sekolah-sekolah umum karena guru masih bersifat eksklusif terhadap pendidikan agama dan kurangnya pendidik berdialog antar agama. Lebih lanjut Edi Safitri mengatakan, radikalisasi masuk di sekolah umum bukan karena kesalahan kurikulum atau pun Satuan Acara Perkuliahan (SAP) seperti di perkuliahan, namun penyampaian pelajaran dari seorang guru yang telah terdoktrin radikal.
”Saya menemukan seorang guru yang sedang menyampaikan pelajaran Kewarganegaraan pada muridnya, ketika di dalam buku terdapat beberapa gambar tempat-tempat suci antar umat beragama. Seorang guru menunjuk masjid, dan dia mengatakan bahwa agama inilah yang benar. Padahal murid-muridnya tidak semuanya beragama Islam”, ungkap Edi Safitri. (Atik Mar’atus Sholikhah)
Editor : Ulfatul Fikriyah