“Di tengah kondisi rakyat yang rentan ekonomi, praktik money politik tumbuh subur dalam pemilu.”
Lpmarena.com, Pesta demokrasi rakyat Indonesia menyisakan lima bulan lagi jelang pelaksanaan. Banyaknya praktik kecurangan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) menyisakan tugas berat bagi bangsa Indonesia dan menuntut untuk segera dituntaskan. Rakyat memiliki peran besar dalam mensukseskan pemilu. Rakyat diharap cerdas dalam memilih wakil rakyat. Sayangnya, kampanye uang banyak mempengaruhi pilihan rakyat.
Kondisi tersebut yang diungkap dalam diskusi publik yang diselenggarakan Pusat Studi dan Konsultasi Hukum (PSKH) fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Kalijaga. Diskusi dengan tema “Reorientasi pemilu 2014” ini bertempat di Kedai Nusantara, Nologaten (16/11). Diskusi yang dihadiri dari delegasi berbagai fakultas Hukum universitas di Yogyakarta ini dimulai 08.00-13.00 WIB.
Direktur PSKH, Helmi Zainul Fuad menuturkan, bahwa diskusi ini diadakan dalam rangka memperingati ulang tahun PSKH ke-VI. Selain itu, diskusi ini juga dimaksudkan sebagai ajakan kepada masyarakat, agar di tengah carut marut dunia politik Indonesia, masyarakat tidak enggan untuk menyalurkan hak suaranya dalam pemilu 2014 nanti.
Anfasul Marom, dosen FSH UIN Suka hadir sebagai moderator. Selain itu, juga hadir empat nara sumber, Ni’matul Huda (pakar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia), Muhammad Najib (Badan Pengawas Pemilu Yogyakarta), Nur Huri Mustofa (Komisi Pemilihan Umum D.I. Yogyakarta) dan Syahril Mahmud (Dewan Perwakilan Daerah partai Golkar kota Yogyakarta).
Dalam kesempatan tersebut Ni’matul Huda menuturkan bahwa kondisi masyarakat Indonesia dalam pemilu sebagai representatif demokrasi di negeri ini kian memprihatinkan. Hal ini terlihat dari keengganan masyarakat menyalurkan hak suaranya, dan kebanyakan masyarakat memilih calon yang memiliki uang banyak. “Orang memilih tanpa uang itu tidak mudah,” ungkap Ni’mah.
Senada dengan Ni’mah, Muhammad Najib mengungkapkan bahwa praktik money politik kian menjamur dalam masyarakat. Masyarakat dengan ekonomi rendah menjadi sasaran empuk sebagai korban kampanye uang. “Praktik money politik ada di dalam masyarakat rentan ekonnomi,” jelas Najib di hadapan peserta diskusi. (Rifa’i Asyhari)
Editor : Ulfatul Fikriyah