Home - Mengurai ‘Demokrasi dan Agama’

Mengurai ‘Demokrasi dan Agama’

by lpm_arena
Print Friendly, PDF & Email

lpmarena.com, Dewan Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) Ushuluddin dan Pemikiran Islam, kembali mempertajam pola fikir mahasiswa dalam menganalisis wacana kemasayarakatan yang bersifat fenomenal dan dikemas dengan sistem diskusi, bertema “Agama Dan Demokrasi”, Kamis (28/11), di Ruang Smart Room Lantai 2 Fakultas Ushuluddin dan  Pemikiran Islam. Diskusi bulananan tersebut dihadiri 44 peserta yang terdiri dari berbagai fakultas dan jurusan di UIN Sunan Kalijaga.

Sebagaimana disampaikan oleh Mahrus, Ketua DEMA-F, kegiatan ini tidak lain merupakan rutinitas intelektual bagi seluruh mahasiswa yang ada di UIN Sunan Kalijaga, khusunya mahasiswa Ushuluddin dan Pemikiran Islam dalam mengelola konflik-konflik yang terjadi di dunia luar maupun di dalam kampus. “ Maka dilihat dari kenyatan yang sedemikian komplek antara agamawan dan politisi, penting kiranya kepengurusan DEMA-F kembali mendiskusikan hal tersebut,” ujar mahasiswa semester 7 jurusan Filsafat Agama (FA) tersebut.

Acara yang berlangsung pukul 9.30 WIB dihadiri Afif Maulana sebagai moderator dan Fahruddin Faiz sebagai fasilitator.

“Demokrasi merupakan praktek dari tafsir dalam beragama. Ketika orang mengecam demokrasi adalah buatan manusia, sedangkan agama adalah wahyu Tuhan, orang tersebut perlu ditanyakan eksistensi ke-agamaanya. Perlu saya sampaikan bahwa mahasiswa Ushuluddin dan Pemikiran Islam tidak boleh berikir kategoris atas golongan masing-masing, melainkan harus berfikir kritis atas fenomena-fenomena yang ada. Ketika mahasiswa berfikir kategoris maka dunia terasa sempit,” ungkap Fahruddin Faiz.

Di penghujung acara, Fahruddin Faiz menyampaikan bahwa kekuatan yang tak mungkin dikalahkan adalah liberalisme, demokrasi dan kepitalisme, yang ia kutip dari buku Francis Fukuyama berjudul The end of History. “Jadi demokrasi adalah akhir dari sejarah ummat manusia yang tak mungkin digeser oleh kekuatan sosialisme sekalipun, karena demokrasi adalah moral dari agama, atau yang di sebut dengan sekuler,” tangkas Dosen fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam tersebut. (M Faksi Fahlevi)

 

Editor : Ulfatul F.